MAKASSAR--Media cetak yang ada di Makassar dinilai banyak merugikan perempuan dan anak. Hal itu terkait dengan pemberitaan yang tidak menghormati privasi dan pengungkapan identitas korban.
Hal tersebut mengemuka dalam ekspos dan diskusi publik yang digelar oleh Forum Masyarakat Pemantau Media (ForMedia), di Warung Kopi 76, Senin, 17 Mei. Acara menghadirkan fasilitator ForMedia, Muliadi Mau, pembanding, akademisi Unhas, Abd Gaffar, dan moderator, Direktur Jurnal Celebes, Mustam Arif.
Menurut Muliadi Mau, ekspose ini merupakan hasil penelitian terhadap tujuh media cetak mainstream di Sulsel. Yaitu, Fajar, Tribun Timur, Seputar Indonesia, Ujung Pandang Ekspres, Berita Kota Makassar, Pare Pos, dan Palopo Pos. Metode penelitian yang dipakai adalah content analysis. "Jadi yang kita teliti adalah yang dipermukaan saja. Hanya fokus kepada yang manifest, yang ada di teks," kata dia.
ForMedia juga membatasi penelitiannya hanya pada empat tema. Yaitu, berita tentang lingkungan, tata ruang, pendidikan, dan perempuan dan anak. Penelitian tersebut, lanjutnya, dilakukan selama Maret hingga April tahun ini. Tujuannya untuk mendorong penegakan kode etik jurnalistik bagi media dan wartawannya.
Hal-hal yang menjadi sasaran penelitian dalam content analysis tersebut di antaranya kesesuaian antara judul dengan berita dan akurasi pemberitaan. Juga cek dan ricek, keberimbangan, dan kelengkapan berita.
Abd Gaffar, dalam pemaparannya mengatakan, pemberitaan sangat terkait dengan faktor sumber daya manusia. Yaitu, kemampuan dan keprofesionalan wartawan yang sangat menentukan. Menurutnya, sebaiknya wartawan totalitas dalam menjalankan profesinya. "Pola rekrutmen wartawan dititikberatkan pada profesi, buka hanya sekedar wartawan," kata dia.
Abd Gaffar juga mengimbau wartawan agar senantiasa membaca beritanya sendiri. Itu untuk mengetahui akurasi berita yang dibuatnya. Jangan sampai, lanjutnya, berita seorang wartawan secara kuantitas banyak, tetapi tidak berkualitas. Selain itu, untuk mengasilkan wartawan yang berkualitas, upahnya juga harus ditingkatkan. "Gaji wartawan pemula sebaiknya Rp 3 juta," imbuhnya.
Media juga diimbau oleh Abd Gaffar agar membuka hak jawab. Selama ini, katanya, masyarakat terkesan bahwa media enggan memberikan hak jawab. Demikian pula jika ada kesalahan penulisan, mestinya media melakukan ralat.
Redaktur Pelaksana dan koordinator peliputan Harian Fajar, Silahuddin Genda dan Ruslan Ramli juga hadir dalam acara tersebut. Menurut Silahuddin, kegiatan ini akan menjadi masukan yang bermanfat bagi media. Ekspos tersebut sekaligus memberi spirit untuk selalu menegakkan kode etik jurnalistik.
Penelitian ForMedia ini melibatkan beberapa elemen kemasyarakatan. Di antaranya, Jurnal Celebes, Yayasan Tifa, Lembaga Studi Informasi (eLSIM), Lembaga Kajian Pengembangan Masyarakat dan Pesantren (LKPMP), Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat (LP2EM), Aliansi Gerakan Anti Udara Kotor (A-Gauk), Lembaga Bantuan Hukum Makassar (LBHM), Pokja Tata Ruang Sulsel, LBH Apik, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Pare-pare, Wallacea Palopo, People Care Pare-pare, Wanua Sidrap, dan Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI).(zuk)
Forum ini hanya kepingan kerikil dalam bantaran sungai yang luas. Tapi inspirasi kemudian selalu muncul untuk mengantar pada indahnya mencoba berpikir untuk orang lain.
Postingan Populer
-
***/FAJAR DISTRO DAENG. Den Dede dengan beberapa kaus desainnya yang bisa diperoleh di Distro Daeng, Jalan Sungai Saddang Baru, Minggu, 16 ...
-
Menjejak Sejarah Perkampungan Belanda di Makassar MAKASSAR, FAJAR--Tatanan Makassar tidak terlepas dari peranan Belanda yang pernah tingga...
-
MAKASSAR--Fakultas Sastra Universitas 45 resmi mengganti nama menjadi Fakultas Ilmu Kebudayaan (FIK). Hal tersebut diputuskan dalam rapat se...
-
Foto: Iman/Fajar As'adiyah, Wajo di Tengah Covid-19 Santri dan santriwatinya datang dari berbagai daerah. Menjadi peletak pendi...
-
*Akan Dibangun Mirip Klenteng Usianya sudah 250 tahun. Tercatat sebagai salah satu masjid tertua di Sulsel selain Masjid Katangka di Sun...
-
DALAM perjalanan sejarah, badik mengalami transformasi. Senjata khas untuk suku Bugis-Makassar ini, sejatinya memiliki makna yang le...
-
MAKASSAR--Meningkatnya eskalasi politik di Makassar usai penetapan hasil rekapitulasi KPU Sulsel terhadap hasil Pemilihan Gubernur (Pilgub...
-
*Melestarikan Lingkungan Adalah Ibadah JANGAN anggap remeh sampah. Hanya karena mendaur ulang sampah, Hj Erni Suhaina Ilham Fadzry mendapa...
-
Dok.YUS ULTAH. Suasana di depan Pena Mart, lantai satu Fajar Graha Pena, Minggu, 9 Mei. MAKASSAR -- Puluhan anak-anak dan remaja ambil b...
-
MAKASSAR--Kelurahan Lembo Kecamatan Tallo punya misi untuk menjadi yang terbaik dalam Makassar Green and Clean (MGC) 2010. Hal itu bisa dili...
KUMPULAN TULISAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar