Postingan Populer

KUMPULAN TULISAN

Jumat, 28 Mei 2010

Media Banyak Melanggar untuk Issu Perempuan dan Anak

MAKASSAR--Media cetak yang ada di Makassar dinilai banyak merugikan perempuan dan anak. Hal itu terkait dengan pemberitaan yang tidak menghormati privasi dan pengungkapan identitas korban.

    Hal tersebut mengemuka dalam ekspos dan diskusi publik yang digelar oleh Forum Masyarakat Pemantau Media (ForMedia), di Warung Kopi 76, Senin, 17 Mei. Acara menghadirkan fasilitator ForMedia, Muliadi Mau, pembanding, akademisi Unhas, Abd Gaffar, dan moderator, Direktur Jurnal Celebes, Mustam Arif.

    Menurut Muliadi Mau, ekspose ini merupakan hasil penelitian terhadap tujuh media cetak mainstream di Sulsel. Yaitu, Fajar, Tribun Timur, Seputar Indonesia, Ujung Pandang Ekspres, Berita Kota Makassar, Pare Pos, dan Palopo Pos. Metode penelitian yang dipakai adalah content analysis. "Jadi yang kita teliti adalah yang dipermukaan saja. Hanya fokus kepada yang manifest, yang ada di teks," kata dia.

    ForMedia juga membatasi penelitiannya hanya pada empat tema. Yaitu, berita tentang lingkungan, tata ruang, pendidikan, dan perempuan dan anak. Penelitian tersebut, lanjutnya, dilakukan selama Maret hingga April tahun ini. Tujuannya untuk mendorong penegakan kode etik jurnalistik bagi media dan wartawannya.
    Hal-hal yang menjadi sasaran penelitian dalam content analysis tersebut di antaranya kesesuaian antara judul dengan berita dan akurasi pemberitaan. Juga cek dan ricek, keberimbangan, dan kelengkapan berita.

    Abd Gaffar, dalam pemaparannya mengatakan, pemberitaan sangat terkait dengan faktor sumber daya manusia. Yaitu, kemampuan dan keprofesionalan wartawan yang sangat menentukan. Menurutnya, sebaiknya wartawan totalitas dalam menjalankan profesinya. "Pola rekrutmen wartawan dititikberatkan pada profesi, buka hanya sekedar wartawan," kata dia.

    Abd Gaffar juga mengimbau wartawan agar senantiasa membaca beritanya sendiri. Itu untuk mengetahui akurasi berita yang dibuatnya. Jangan sampai, lanjutnya, berita seorang wartawan secara kuantitas banyak, tetapi tidak berkualitas. Selain itu, untuk mengasilkan wartawan yang berkualitas, upahnya juga harus ditingkatkan. "Gaji wartawan pemula sebaiknya Rp 3 juta," imbuhnya.

    Media juga diimbau oleh Abd Gaffar agar membuka hak jawab. Selama ini, katanya, masyarakat terkesan bahwa media enggan memberikan hak jawab. Demikian pula jika ada kesalahan penulisan, mestinya media melakukan ralat.

    Redaktur Pelaksana dan koordinator peliputan Harian Fajar, Silahuddin Genda dan Ruslan Ramli juga hadir dalam acara tersebut. Menurut Silahuddin, kegiatan ini akan menjadi masukan yang bermanfat bagi media. Ekspos tersebut sekaligus memberi spirit untuk selalu menegakkan kode etik jurnalistik.

    Penelitian ForMedia ini melibatkan beberapa elemen kemasyarakatan. Di antaranya, Jurnal Celebes, Yayasan Tifa, Lembaga Studi Informasi (eLSIM), Lembaga Kajian Pengembangan Masyarakat dan Pesantren (LKPMP), Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat (LP2EM), Aliansi Gerakan Anti Udara Kotor (A-Gauk), Lembaga Bantuan Hukum Makassar (LBHM), Pokja Tata Ruang Sulsel, LBH Apik, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Pare-pare, Wallacea Palopo, People Care Pare-pare, Wanua Sidrap, dan Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI).(zuk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar