Postingan Populer

KUMPULAN TULISAN

Minggu, 21 Maret 2010

*Catatan dari Pelaksanaan Ujian Nasional

Wahyu di Rumah Sakit, Isra di Tahanan


NASKAH ujian nasional dibagikan. Ada siswa sekolah menengah atas yang optimis lulus, ada pula yang ragu.

LAPORAN RIDWAN MARZUKI
Makassar

MATAHARI baru bersinar ketika para kepala sekolah menengah atas (SMA) tergesa-gesa mendatangi Kantor Dinas Pendidikan Kota Makassar di Jalan Hertasning, Senin, 22 Maret. Mereka tidak pergi sendiri, tetapi dikawal polisi. Tujuannya mengambil naskah ujian nasional (UN).

Naskah ujian tersebut dibawa ke sekolah masing-masing. Masih bersama polisi. Seperti yang dilakukan Kepala SMA Cokroaminoto, Drs Surahman. Masih dini hari, Surahman sudah harus pergi ke Dinas Pendidikan.

"Jam 05.00 saya sudah ke sana. Terus di sana juga antre karena banyak guru lain yang ingin mengambil soal ujian," tutur dia, di SMA Cokroaminoto.
Seorang polisi tampak berjaga-jaga di depan SMA Cokroaminoto. Namanya Akbar Abid. Dia anggota Polsekta Makassar. Akbar yang mendampingi Surahman mengambil naskah ujian.

SMA Cokroaminoto beralamat di Jalan Gunung Latimojong. Total jumlah siswa yang terdaftar sebagai peserta UN di sekolah ini, 104 orang. 53 di antaranya merupakan siswa yang mengulang karena tidak lulus tahun lalu. Dari 104 yang terdaftar tersebut, 27 siswa tidak datang tanpa alasan.

Pengawas ujian bukan dari guru SMA Cokroaminoto tetapi dari SMA Negeri 1 Makassar. Koordinator pengawas UN di SMA Cokroaminoto, Drs Usman Basri, mengaku akan mengawas dengan baik.

"Pengawas kami sudah pengalaman. Tidak ada masalah. Guru-guru tidak punya kepentingan," ujar Usman Basri.

Para peserta ujian diwajibkan membawa peralatan masing-masing. Seperti pengalas, pensil 2B, penghapus. Maklum, kertas jawaban menggunakan lembar jawaban komputer.

Suasana berbeda di SMA Kartika Wirabuana I di Jalan Ratulangi. Proses pelaksanaan UN diawasi sebelas aparat keamanan dari TNI dan kepolisian. Masing-masing dari Pomdam VII Wirabuana ada dua orang, Polsekta Ujungpandang empat orang, Polresta Makassar Barat satu orang, Koramil 1408-07/UP dua orang, dan dua pengamanan internal sekolah.

Pengawasan kepada tamu yang datang begitu ketat. Wartawan yang akan memantau proses ujian juga diikuti aparat keamanan. Termasuk saat melakukan wawancara dengan siswa saat istirahat.

Kepala SMA Kartika Wirabuana I, Drs Padjeman Husain, menegaskan jika tahun ini tak ada lagi kecurangan di sekolah yang dipimpinnya. Dia tidak mau mengulang pengalaman tahun lalu. "Kita sudah antisipasi. Tidak ada lagi kebocoran," kata dia.

Seorang siswa SMA Kartika Wirabuana I bernama Oky, mengaku sempat menyontek. "Nyontek sedikit," ungkap dia.

Menurut Oky, menyontek yang dimaksud yaitu bertanya kepada sesama teman. Ada 313 siswa SMA Kartika Wirabuana I yang ikut UN. Rinciannya, 209 IPA dan 114 IPS.
Sementara itu UN di SMA Ittihad di Jalan Gunung Lokon, juga berjalan lancar. Di sekolah ini, UN diikuti 81 siswa, tapi sebelas di antaranya tidak datang. Tahun lalu, dari 90 siswanya yang ikut ujian, hanya tiga orang lulus.

"Mudah-mudahan yang terjadi tahun lalu tidak terjadi lagi," ujar Muhammad Rizal, salah seorang guru SMA Ittihad.

Demikian halnya yang terjadi di SMA Irnas di Jalan Kubis. Proses pelaksanaan UN berjalan lancar. UN tahun lalu, 100 persen siswa sekolah ini tidak lulus.

Kepala SMA Irnas, Drs H Kamaruddin Arfah, mengaku tahun ini sudah ada perbaikan. "Kita sudah adakan simulasi UN yang tahun lalu," dalih dia.

Namun, Kamaruddin ragu dengan tingkat kelulusan siswanya. Menurut Kamaruddin, tingkat kelulusan siswanya tidak akan mencapai 100 persen.

Sakit

Nasib kurang beruntung dialami salah seorang siswa SMK Persada, Jalan Pandang Raya, Muhammad Wahyu. Dia tidak bisa ikut UN. Sejak tiga minggu lalu ia terbaring di Rumah Sakit Labuangbaji.

Menurut Wahyu, dia sudah meminta izin kepada dokter yang menanganinya agar bisa pulang mengikuti UN. Sayang, Wahyu tak mendapat izin.

Pihak sekolah memberi Wahyu saran untuk ikut UN susulan 29 Maret nanti. Saat ini Wahyu masih dirawat di Perawatan Baji Dakka I, ruangan 309.

Di Rutan

Sementara Muhammad Nur Isra tidak bisa ikut UN. Dia adalah siswa SMA Irnas. Ketika teman-temannya ikut ujia, Isra malah berada di Rumah Tahanan Kelas I Makassar.
Semestinya, Isra juga ikut ujian. Menurut keluarga Isra, dia tidak mendapat izin dari Kejaksaan.

"Alasannya, kasusnya belum diputuskan," kata Muhammad Anwar Busthani, salah seorang guru SMA Irnas.

Padahal, lanjut Anwar, orangtua Isra sudah mengajukan permohonan izin. Bahkan siap menggantikan anaknya di tahanan sebagai jaminan. Namun, upaya itu tetap gagal. Isra tetap tak bisa ikut ujian. (*)