Postingan Populer

KUMPULAN TULISAN

Selasa, 30 Maret 2010

Soekarman, Pemegang Rekor Donor Darah Terbanyak








Dok.FAJAR

KONSISTEN. Soekarman saat ditemui di PMI Cabang Makassar, Selasa, 30 Maret.



Enam Presiden dan 49,5 Liter Darah


DARAH adalah nyawa bagi orang lain. Jangan ragu mendonorkan darah Anda.

RIDWAN MARZUKI
Lanto Daeng Pasewang


TIDAK banyak yang kenal Soekarman. Tetapi di kalangan aktivis Palang Merah Indonesia (PMI), namanya begitu dikenal. Maklum, dialah pemecah rekor pendonor darah terbanyak di PMI.

Total, sudah 198 kali dia mendonorkan darah. Jumlah tepatnya 49,5 liter darah. Setiap donor, dia menyumbang 250 cc darah.
Soekarman adalah purnawirawan TNI Angkatan Darat. Terakhir, dia bertugas di kesatuan polisi militer.

Saat ini usianya memang tidak muda lagi. Sudah 68 tahun. Tetapi jangan mengira usia tua sudah identik dengan sakit-sakitan. Kemarin, kondisi tubuhnya masih kuat.

Usianya seolah-olah tidak sebanding dengan fisiknya. Masih sehat dan fit di usia yang relatif sudah senja tersebut. Cara bicaranya masih sangat lancar dan fasih. Kulitnya kencang dan berisi. Bahkan, ia mengaku masih sanggup berlari mengelilingi Lapangan Karebosi lima kali tanpa henti.

Tidak banyak orang yang bisa menyamai konsistensi Soekarman dalam hal mendonorkan darah. 198 kali bukanlah angka normal. Angka itu angka yang sangat fantastis untuk ukuran seorang pendonor darah. Ini angka fantastis.

Dulunya, media penampung darah hasil donor bukan bag melainkan botol. Kapasitas jumlah darah yang yang dimuat melebihi 250 cc.

Soekarman menuturkan, kecintaannya mendonorkan darah berawal dari sebuah keprihatinan. Suatu ketika, ada temannya yang mengalami kecelakaan. Kondisinya sangat parah dan memerlukan darah. Saat itu, tutur dia, darah sangat sulit didapatkan. satu-satunya cara untuk menyelamatkan temannya adalah memberi darah. Kebetulan saat itu, hanya dia yang memiliki golongan darah yang sama. Soekarman memiliki golongan darah B.

"Di situlah saya mulai tergugah untuk membantu rekan-rekan kita atau kepada sesama yang butuh darah. Sejak saat itulah saya berniat dalam hati dan berdoa supaya bisa mendonorkan darah dua kali dalam sebulan," kenang Soekarman, Selasa, 30 Maret.

Soekarman memang termasuk orang yang memiliki fisik yang istimewa. Sesuai dengan aturan, periode mendonorkan darah mestinya tiga bulan sekali. Tetapi karena saat itu kondisi fisik Soekarman secara medis memungkinkan mendonor dua bulan sekali.

Soekarman menjelaskan, dulu masyarakat masih sangat takut mendonorkan darahnya. Padahal persediaan darah sangat minim. Hal itu lalu menggugahnya secara periodik mendatangi PMI untuk menyumbangkan darahnya.

Rutinitas mendonorkan darah dimulainya sejak 1962. Usianya masih 17 tahun waktu itu. Indonesia masih dipimpin oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno. Artinya, sudah enam presiden yang telah ia saksikan. Terakhir, Soekarman mendonorkan darahnya Desember 2009 lalu.

Sebagai seorang tentara, Soekarman ditugaskan berpindah-pindah. Tetapi itu tak menjadi kendala baginya untuk mendonorkan darahnya. Di mana ada kantor PMI, pasti ia datangi jika periode untuk mendonorkan darah sudah tiba.

Kadang-kadang yang menjadi masalah baginya jika di tempatnya bertugas tidak ada PMI. Sementara, sudah tiba waktunya untuk mendonor. Akhirnya, ia menjadi tidak tenang.

Sama halnya ketika ia ditugaskan ke Mamuju. Ia menjadi resah karena waktu untuk mendonor telah tiba. Masalahnya, tidak ada PMI di situ. Akhirnya ia putuskan berangkat ke Makassar hanya untuk mendonorkan darahnya. Ia menempuh perjalanan dari Mamuju ke Makassar menggunakan sepeda motor Vespa.

Waktu itu jalanan belum semulus sekarang. Infrastruktur jembatan belum memadai. "Saya sempat beberapa kali menyeberang sungai memakai pincara," kenang dia.
Pincara adalah perahu penyeberangan yang dipakai di sungai-sungai. Alat inilah yang dipakainya menyeberang bersama sepeda motor Vespa miliknya.

Setibanya di Makassar, ia langsung mengunjungi PMI. Hanya itu tujuannya ke Makassar. "Saat itu PMI masih di Jalan Sudirman. Sekarang dipakai oleh Pelni," katanya. Begitu selesai mendonorkan darahnya, ia langsung balik ke Mamuju pada hari yang sama.

Soekarman mengakui jika donor darah merupakan kebutuhannya. Banyak manfaat yang ia dapatkan setiap kali selesai mendonorkan darahnya. Selain itu, lanjutnya, tubuhnya semakin sehat. Tak pernah ia menderita sakit yang serius. "Terus terang, selama mendonor darah saya belum pernah berobat di rumah sakit. Saya hanya check up di PMI setiap mau mendonor," tambah dia.

Di samping itu, donor ia nilai sebagai perbuatan mulia. "Saya tidak mengharapkan imbalan. saya hanya minta doa agar selalu sehat dan bisa terus mendonor darah," kata Soekarman.

Petugas PMI yang biasa mengambil darah Soekarman, Dokter Dominggus Lopuhaa punya pengalaman yang berkesan terhadapnya. Menurut Dominggus, Soekarman merupakan orang yang sangat berjiwa humanis. Ia selalu mau menyumbangkan darahnya, padahal usianya tidak memungkinkan lagi.

Dominggus menuturkan, suatu ketika Soekarman kecewa dan marah kepadanya. Itu terjadi karena ia tidak mau mengambil darah Soekarman. Soekarman mendatangi PMI untuk mendonor tetapi ditolak.

"Karena umurnya sudah di atas 65 tahun, sehingga saya tidak perkenankan lagi untuk mendonorkan darahnya. Akhirnya ia tinggalkan PMI dengan perasaan kecewa yang dalam," kenang Dominggus.

Memang, sesuai aturan, usia 60 tahun merupakan batas maksimal untuk mendonorkan darah. Lewat dari 60 lanjut Dominggus, masih bisa mendonor dengan syarat kondisi tubuh betul-betul prima. Itu pun harus di bawah kontrol medis yang ketat.

Saat ini, berbagai penghargaan telah Soekarman dapatkan. Termasuk Pin Emas dari PMI. Juga penghargaan Satyalancana dari Presiden Republik Indonesia.

Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Cabang Makassar, Dokter Mardiani Radjuni MD, mengaku sangat berterima kasih kepada Soekarman. Ia berencana mengabadikan foto Soekarman di Markas PMI Cabang Makassar.

Sekali lagi, terima kasih Soekarman. Memang, manusia lain dan dunia ini butuh berjuta-juta orang seperti Soekarman. (*)