Postingan Populer

KUMPULAN TULISAN

Rabu, 10 Maret 2010

Pendidikan Pemuda Indonesia Rendah

MAKASSAR--Tingkat pendidikan pemuda Indonesia tergolong sangat rendah. Jika dirata-ratakan secara Nasional, pendidikan pemuda Indonesia hanya sampai Kelas V SD. Demikian yang disampaikan Deputi Pendidikan dan Kepemudaan, Kementrian Pemuda dan Olahraga, Erlangga Masdiana dalam Seminar Pendidikan yang dilaksanakan oleh Badan Eksekuti Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Nahdatul Ulama (PTNU) di Asrama Haji Sudiang, Rabu, 10 Maret.
Oleh karena itu, tambahnya, pemerintah memprogramkan wajib belajar sembilan tahun. Program tersebut diharapkan mampu mengeliminir tingkat kesenjangan pendidikan di Indonesia.
Menurutnya, persolan utama yang dihadapi pemuda saat ini adalah masalah sumber daya manusia dan kemiskinan. Kualitas sumber daya manusia Indonesia masih jauh tertinggal dari negara tetangga, seperti Thailand, Filipina, dan Malaysia.
Sementara itu, kalangan pemuda juga masih menempati posisi jawara dalam bidang pengangguran dan kemiskinan. Sekira 46,2 juta jiwa pemuda masih berada dalam kemiskinan. Dari 160 juta jiwa pengangguran di Indonesia, 40 persen di antaranya dari kalangan pemuda.
Erlangga menantang para pengurus BEM PTNU untuk menjembatani persoalan kemiskinan dan pengangguran tersebut. "BEM PTNU harus maju bergerak, harus menjadi problem solver," tegasnya.
Selain Erlangga, pembicara lain yang turut hadir, deputi sosial budaya, Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Kana TB. Kana membawakan seminar dengan tema menggagas desentralisasi pendidikan berbasis lokal untuk pembangunan daerah tertinggal.
Kana menjelaskan, kriteria daerah tertinggal adalah wilayah yang relatif terpencil dan sulit dijangkau. Selain itu, potensi sumber daya alamnya belum dikelola dengan baik, sumber daya manusia rendah, dan infrastruktur sosial ekonomi belum memadai. Juga, investasi dan produksi rendah, serta beberapa daerah merupakan wilayah rawan bencana dan konflik.
Saat ini daerah tertinggal di Indonesia berada di 183 kabupaten. Dari jumlah itu, 34 kabupaten di antaranya (62 persen) berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Strategi yang diterapkan PDT yakni melalui peningkatan kemandirian masyarakat dan daerah dalam bentuk pengembangan ekonomi lokal, pemberdayaan masyrakat, dan penyediaan infrastruktur pedesaan. Di samping itu, mengoptimalkan pemanfaatan potensi wilayah, pengintegrasian ekonomi daerah tertinggal dan maju, dan penanganan daerah khusus yang rentan secara ekonomi dan sosial.
Seminar ini merupakan rangkaian dari dua hari seminar yang dilaksanakan sebagai pembuka Kongres BEM PTNU III. Setelah seminar ini, dilanjutkan dengan Kongres yang akan berlangsung sampai 13 Maret.
Rakhmat Harun, steering kongres menjelaskan, tujuan dari seminar untuk menggasas satu konsep pendidikan yang akan menjadi salah satu rekomendasi pada Muktamar NU 22-27 Maret nanti. "Pendidikan saat ini teralu mendewakan rasionalitas sementara melupakan nilai dan kearifan lokal atau local wisdom," terang dia. (zuk)