Postingan Populer

KUMPULAN TULISAN

Senin, 29 Maret 2010

Sastra '45 Ganti Nama

MAKASSAR--Fakultas Sastra Universitas 45 resmi mengganti nama menjadi Fakultas Ilmu Kebudayaan (FIK). Hal tersebut diputuskan dalam rapat senat fakultas beberapa hari yang lalu.

Dekan Fakultas Ilmu Kebudayaan, Drs H Herman Mustafa MPd membenarkan hal tersebut. Menurutnya, setelah diputuskan dalam rapat senat fakultas, lalu dilanjutkan ke rapat senat rektorat. "Hasil keputusan itu juga sudah kita tembuskan ke Kopertis Wilayah IX," terangnya Senin, 29 Maret.

"Jadi bukan peleburan fakultas, hanya ganti nama," katanya.

Herman beralasan, penggantian nama dilakukan untuk mengubah image Fakultas Sastra selama ini. "Asumsi kami, kebanyakan calon mahasiswa mengira jika Sastra hanya berhubungan dengan sajak atau puisi," katanya. Padahal menurutnya, sastra berhunbungan dengan seluruh aktifitas kebudayaan manusia.

Selain itu, penggantian nama tersebut merupakan strategi untuk meningkatkan peminat pada fakultas tersebut. Selama ini, lanjut Herman, Fakultas Sastra semakin minim pendaftar.

Penggantian ini pula, sebagai upaya pelebaran istilah. Recananya, FIK akan menambah jurusan baru. Tapi menurut Herman, hal itu baru mau dibicarakan lebih lanjut. Opsi jurusan yang akan dibuka tersebut yaitu Jurusan Komunikasi Budaya atau Jurusan Budaya Kontemporer.

Herman berharap dengan perubahan tersebut, image masyarakat tentang fakultas sastra selama ini dapat berubah. "Di sini (FIK, red), mencover banyak bidang ilmu, bukan cuma puisi dan sejenisnya," terang dia. (zuk)

Cara Lain Musafir Kelana Tetap Sehat








Dok.FAJAR

KONSISTEN. Musafir Kelana saat ditemui di PMI Cabang Makassar, Senin, 29 Maret.



Sudah Sumbang 30,75 Liter Darah

DI usia lebih setengah abad, pria ini sudah menyumbang 30 liter darahnya ke manusia lain.

RIDWAN MARZUKI
Lanto Daeng Pasewang

"SETETES darah menyelamatkan jiwa". Tagline ini pulalah yang dipegang erat Musafir Kelana Arifin Nu'mang. Musafir adalah pendonor darah paling konsisten di Palang Merah Indonesia (PMI).

Walaupun rambutnya telah memutih, tetapi secara fisik kondisinya masih begitu bagus. Usianya sudah 54 tahun. Itu artinya, ia masih memiliki kesempatan mendonorkan darah enam tahun lagi. 60 tahun adalah batas maksimal usia produktif pendonor darah.

Badan Musafir terlihat sangat sehat dan kuat. Setidaknya, seperti yang terlihat saat saya menemuinya di Markas PMI Cabang Makassar, Senin, 29 Maret.

Mendonorkan darah bukanlah hal baru bagi Musafir. Sejak puluhan tahun silam, ia memulai hal yang sangat bermanfaat itu. Tak ada rasa kuatir ketika darahnya diambil. Malah secara periodik, tiga bulan sekali ia mendonorkan darahnya di PMI.

 Karenanya, kini ia telah mendapat dua penghargaan tertinggi karena dedikasinya mendonorkan darah. Tahun 2006, ia mendapat penghargaan dari PMI Pusat berupa penghargaan bagi orang-orang yang telah melampaui 100 kali mendonorkan darah.

Rekor donor Musafir memang sudah 123 kali. Setiap donor dia menyumbang 250 cc darah. Artinya, dia sudah menyumbang 30 liter plus 750 cc darahnya untuk manusia lain.
Pada tahun yang sama pula ia meraih penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial dari Presiden Republik Indonesia. Penghargaan ini pun diberikan karena komitmennya menyumbangkan darah.

Musafir menceritakan, sejak 1977 ia mulai mendonorkan darahnya. Saat itu, terangnya, ia masih berstatus mahasiswa baru pada sebuah lembaga pendidikan di Jakarta. Pengalaman pertamanya mendonorkan darah saat mengikuti pekan orientasi mahasiswa ketika itu.

"Calon mahasiswa yang beratnya 50 kilogram ke atas itu dipisahkan dan diikutkan dalam acara bakti sosial," kenang Musafir.

Dari sinilah kegandrungan Musafir mendonorkan darah bermula. Sejak saat itu ia rutin mendonorkan darahnya. Walau ia mengakui, pada awal mendonorkan darah sempat merasa takut. Saat itu, lanjutnya, kegiatan donor darah masih sangat langka. Kondisi itu pulalah yang memotivasinya untuk terus mendonorkan darahnya.

Musafir mengaku mendapatkan berbagai keuntungan dari rutinitasnya mendonorkan darah. Ia merasa semakin sehat setiap kali selesai menyumbangkan darahnya.

"Sampai sekarang saya tak pernah sakit serius. Perjalanan hidup saya sehat-sehat saja. Itu mungkin hasilnya karena rutin mendonor," ungkap Musafir.

Rutinitas mendonor diakui Musafir juga sebagai orientasi ukhrawi. Selain itu, donor darah merupakan misi kemanusiaan untuk saling peduli.

"Intinya saya menganggap ini sebagai suatu aktivitas untuk kemanusiaan. Ini amaliyah. Ini merupakan ibadah karena darah dibutuhkan oleh sesama manusia yang mengalami kondisi kritis," terang Musafir.

Ia memegang prinsip bahwa mendonor sama halnya membantu diri sendiri. Ia menganggap, mendonorkan darah adalah bentuk pengabdian yang langsung dirasakan oleh orang lain.

"Kita sebagai sukarelawan mengikhlaskan darah untuk kepentingan kemanusiaan," kata Musafir.

Karena komitmen moralnya dalam mendonorkan darahnya, kini Musafir dipercaya menjadi Ketua Perhimpunan Donor Darah Indonesia Sulsel. Hingga kini, ia masih terus melakukannya. Rencananya, bulan April ini ia kembali akan menyumbangkan darahnya. Terakhir, ia mendonor darah Januari lalu.

Musafir berharap agar semakin banyak masyarakat yang menyumbangkan darahnya. Menurutnya, PMI mesti melakukan pengaturan agar pasokan darah tidak terganggu.

Ketua PMI Cabang Makassar, Syamsu Rizal, mengaku sangat tertolong dengan hadirnya para pendonor darah. Apalagi para pendonor yang konsisten mennyumbankan darahnya secara rutin.

Bagi pendonor yang telah 15 kali ke atas mendonorkan darah, akan mendapat penghargaan dari PMI. Bukan cuma penghargaan administratif tetapi dalam bentuk fasilitas-fasilitas. Mereka diberikan kartu yang memiliki fasilitas diskon di tempat-tempat tertentu. selain itu, mereka juga akan mendapatkan perawatan kesehatan atau general check up gratis di klinik PMI.

Menurut Syamsu Rizal, PMI terus menyosialisasikan manfaat donor darah bagi masyarakat. "Mendonorkan darah selain ada manfaat sosialnya, juga ada manfaat medisnya," imbau Syamsu Rizal. (*)