Postingan Populer

KUMPULAN TULISAN

Rabu, 05 Agustus 2015

Lacolla, Surga Wisata yang Terpendam



Menguak Eksotisme Alam Maros Pedalaman

KABUPATEN Maros tak hanya memiliki satu air terjun (bantimurung). Nun jauh di pedalaman Malaka, terdapat Bantimurung Lacolla. Seperti apa?

UDARA masih sangat dingin saat matahari menyembul di timur kampung itu. Suasana sedang kemarau, namun warga setempat tetap tak kekurangan air. Sumber mata air mereka masih sangat alami, di kaki gunung. Kaum laki-laki juga masih banyak yang menggunakan ulos atau sarung ketika keluar rumah.

Gunung-gunung masih dibalut awan dan kabut pagi. Ujung-ujung dedaunan dan rerumputan hijau terlihat berkilau-kilau oleh tetesan embun yang mulai disengat mentari pagi. Lalu lalang warga menggiring ternak menjadi pemandangan cukup mendamaikan. 

Kampung ini lebih dikenal dengan panggilan Malaka. Nama tepatnya Dusun Malaka, Desa Cenrana Baru, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros. Penulis penasaran terhadap cerita tentang air terjun Lacolla yang konon terdiri atas tiga tingkat. Karena jauh, penulis menginap semalam di kampung yang warganya ramah-ramah tersebut.

Secara geografis, Malaka berada di atas bebukitan. Untuk menjangkaunya bahkan harus melalui jalan pengerasan dari jalan protokol Camba-Bone, tepatnya di Dusun Kaluku, Desa Lima Poccoe, Kecamatan Cenrana. Tak semua jenis mobil yang bisa menembus lokasi.

Jalanan yang dominan terbuat dari batu sungai dalam bentuk pengerasan, menjadi tantangan tersendiri. Namun di beberapa potong jalan, masih ada yang masih berupa tanah. Hal inilah yang riskan saat musim hujan karena jalanan menjadi licin. 

Beberapa bagian  lainnya telah dibeton sederhana. Namun tetap saja jalanan menantang karena pendakian. Mobil jenis sedan tidak disarankan digunakan. Jenis jip yang paling relevan. Untuk sepeda motor, semuanya bisa dipakai di jalanan ini. 

Lacolla kira-kira berjarak sekitar 50 kilometer dari Kota Maros. Dari Makassar, jaraknya mencapai 80 kilometer. Dari jalan poros Camba-Bone, pengunjung harus menempuh jalan yang jaraknya kira-kira mencapai 9 kilometer.

Untuk sampai ke air terjun Lacolla, saya dan rombongan yang dominan warga setempat, harus menyusuri hutan dengan tumbuhan aneka ukuran. Pepohonan menjadi pelindung terik matahari selama perjalanan. Bahkan kadang-kadang kami harus jalan menunduk akibat melalui semak belukar yang menghambat jalan.

Namun jangan khawatir, sudah ada jalur khusus menuju Lacolla. Jalan setapak berbentuk jalu di tanah dengan lebar sebahu, menjadikan Anda tidak akan tersesat. Jalanan ini memang khusus untuk menuju Lacolla. Hanya saja, oleh warga sekitar, saat musim hujan, jalan setapak ini menjadi becek.

Namun jalan yang menantang merupakan pelengkap keindahan perjalanan. Semacam berpetualang dalam rimba. Kira-kira 200 meter sebelum sampai ke Lacolla, deru air terjun sudah terdengar. Nuansa alam begitu terasa. Sangat sejuk. Semakin dekat, gemuruh air terjun semakin tampak.

"(Airnya dari) mata air yang segar di kaki gunung," ujar Shinta, salah seorang pengujung setia Lacolla, menjelaskan sumber air air terjun Lacolla. Remaja ini memang telah beberapa kali datang ke Lacolla untuk refreshing bersama teman-teman dan keluarganya. 


Air terjun ini tidak langsung jatuh kedalam lubuk. Bentuknya yang berundak landai, membentuk jalur serupa hiasan. Dengan model air yang tak langsung melayang dari atas, memungkinkan pengunjung bisa mandi di bawahnya dengan aman.

Tekanan akibat air yang jatuh tak sekencang air terjun yang langsung menyentuh lubuk. Air yang mengalir juga membentuk tiga lajur arus. Jadi pengunjung bisa memilih, lajur yang mana akan mandi atau sekadar bermain air. Ada yang arusnya kuat, sedang, dan kecil.

Kesegaran air usai mandi atau berendam, sangat terasa. Kesejukan alam menjadi bagian dalam perjalanan. Terutama pada musim kemarau seperti saat ini, membandingkan antara kesejukan dan cuaca panas di kota, merupakan sesuatu yang benar-benar kontras. Sekali waktu cobalah rasakan kedamaian di Lacolla. Selamat refreshing! (zuk)
=============

Satu Sungai, Tiga Air Terjun


YANG paling unik dari air terjun Lacolla adalah jumlahnya yang tak cuma satu. Ada tiga air terjun di Sungai Lacolla tersebut yang jarak ketiganya berdekatan. Kira-kira intervalnya masing-masing 500 meter. 

Namun untuk menjangkau ketiganya, harus menyusuri sungai dan kadang-kadang melalui belantara di sisi sungai. Sesekali pengunjung juga harus melampaui batu-batuan sungai dengan aneka ukuran. Namun itu tak sulit. Sudah ada jalur khusus yang memang secara alami menjadi jalan untuk menghubungkan tiga air terjun atau air terjun tersebut.

Lokasi sungai yang berada di pinggir hutan, menggenapkan kesan alami yang muncul ketika menjelajahi area wisata yang masih belum begitu terkelola ini. Dari air terjun kedua ke air terjun pertama, sesekali bahkan kita mesti memanjat pada akar-akaran kayu yang membentuk undakan-undakan natural.

Setelah berselang beberapa menit perjalanan, maka kita selanjutnya tiba di sebuah area lapang yang di sudut atas, terlihat air terjun yang jatuh bergemuruh. Suasananya sangat sejuk. Di air terjun pertama ini, pengunjung bisa berenang. Kedalamannya ditaksir antara 2-6 meter.

Titik jatuhnya air, tepat berada di dekat dinding air terjun, tak lagi berada di tengah.

"Dulu airnya jatuh di tengah lubuk, tetapi batu besar yang menjadi pembendung, longsor kira-kira Tahun 1998," ujar Ilham, salah seorang pengunjung air terjun Lacolla.

Ia menjelaskan, belasan tahun silam, sebenarnya pernah ada jalanan yang bisa dilalui sepeda motor hingga ke air terjun kedua Lacolla. Namun karena pernah terjadi longsor besar sehingga jalanan tersebut tertutup. Tidak pernah lagi ada perintisan jalan sejak usai longsor saat itu.

Warga setempat, Iqbal, mengungkapkan, kelebihan yang dimiliki Lacolla adalah suasanya yang masih sangat alami dibandingkan air terjun lainnya yang ada di Maros. Ketenaran Lacolla sejauh ini hanya menyebar dari mulut ke mulut karena belum begitu terekspose oleh media. (zuk)
==========

Menanti Pembenahan Jalan



MEMANG, infrastruktur jalan merupakan salah satu kendala utama yang membuat objek wisata air terjun Lacolla, masih terkesan terisolasi. Warga setempat mengharapkan adanya bantuan perbaikan jalan ke lokasi.

Jarak dari ujung jalan kampung yang bisa dilalui kendaraan ke Lacolla mencapai kurang lebih 700 meter. Jalanan setapak yang tak terurus dan becek kala hujan, menjadi satu-satunya akses ke Lacolla. Tak ada kendaraan yang bisa melaluinya.

Untuk ke Lacolla, tak ada pilihan selain jalan kaki. Namun di situlah sisi keindahan berpetualang. Lelah dan penat sebagai pelengkap perjalanan, seketika akan pupus ketika telah menyaksikan Lacolla dari seberang bukit. Suaranya yang menderu, menjadi ciri khas nyanyian alam yang cukup meneduhkan.

"Airnya dari kaki gunung sana," ujar Iqbal, salah seorang warga Dusun Malaka, Desa Cenrana Baru, yang menemani penulis mengunjungi Lacolla.

Sekretaris Desa (Sekdes) Cenrana Baru, Munir, tak menampik bahwa jalanan merupakan salah satu kendala memomulerkan Lacolla. Ia juga berharap adanya bantuan pemerintah untuk menatanya, atau setidaknya ada bantuan jenis lain dari luar untuk menghidupkan pariwisata di daerah yang berhawa sejuk ini.

"Kalau ada anggarannya, lahannya bisa diberikan oleh warga dengan harga murah, atau bahkan ada yang rela gratis," ujar Munir. 

Jika pemerintah tak bisa membangun akses jalan untuk kendaraan roda empat, misalnya, maka cukup dengan membuat beton khusus untuk sepeda motor. Atau opsi lainnya, dibuatkan "tangga seribu" agar pengunjung tetap bisa ke Lacolla kendati musim hujan. (zuk)