Postingan Populer

KUMPULAN TULISAN

Selasa, 09 Maret 2010

Komisi IX Imbau Masyarakat Dengar BPPOM

MAKASSAR--Masyarakat diimbau mematuhi hasil penelitian Balai Besar Penelitian Obat dan Makanan (BBPOM) mengenai pangan yang mengandung bahan berbahaya. Demikian imbauan Tim Komisi IX DPR RI saat melakukan kunjungan kerja ke BBPOM Makassar, Selasa, 9 Maret.
Selama ini masyarakat kurang peduli dengan peringatan BBPOM terhadap beberapa bahan makanan yang mengandung zat kimia berbahaya seperti boraks, rodamin B, dan formalin. Padahal, menurut salah seorang anggota Komisi IX, Subagyo Partodiharjo, zat-zat kimia tersebut merupakan zat yang sangat berbahaya dan membunuh manusia secara perlahan-lahan. "Ini yang tidak disadari oleh masyarakat. Harusnya ini menjadi perhatian," katanya.
Komisi ini juga mengimbau pemerintah daerah membuat perda tentang penyalahgunaan zat-zat kimia berbahaya untuk obat dan makanan, jika belum ada perda tentang itu.
Rombongan Tim Komisi IX ini terdiri atas 18 anggota komisi yang dipimpin oleh Ahmad Nizar Shihab, staf ahli DPR RI, dan staf sekretariat. Hadir pula Kepala Biro Hukum BBPOM RI, Hendri Siswadi.
Rombongan diterima oleh Kepala BPPOM Makassar, Maringan Silitonga di Aula BBPOM, Jalan Bajiminasa. Mereka melakukan dialog seputar program BBPOM Makassar, seperti sosialisasi pangan yang mengandung zat kimi berbahaya dan juga kerjasama dengan pemerintah daerah dalam menanggulangi maraknya penjualan dan penyalahgunaan zat-zat berbahaya tersebut.
Selain BBPOM, rombongan ini juga mengunjungi rumah sakit, puskesmas, dan balai kerja. Hari ini rencananya mereka akan ke Pinrang untuk meninjau lembaga kerja di tempat itu. (zuk)

Aqsal Djilham, Juara Olimpiade Matematika 2010

MAKASSAR--Andi Aqsal Djilham

menjadi juara Olimpiade matematika dan

sains kategori kelas empat tingkat Kota

Makassar. Ia berhasil mengalahkan rival-

rivalnya dalam pertandingan yang digelar 28

Pebruari lalu.
Aqsal berhak mendapatkan trofi

juara beserta sertifikat dan beberapa

hadiah dari Dinas Pendidikan Kota Makassar.

Aqsal saat ini duduk di bangku kelas empat

SD Sudirman IV.
Bungsu dari tiga bersaudara ini

mengaku sangat senang mendapatkan juara

tersebut. "Iya, senang," katanya singkat

saat bertandang ke Fajar ditemani ibu dan

gurunya, Selasa, 9 Maret.
Menurut Nurhaya, ibu Aqsal,

dirinya tidak memberikan perlakuan dan

makanan khusus kepada anaknya. "Cuma ikut

bimbingan belajar," terangnya. Selain bimbel

pelajaran matematika, Aqsal juga mengikuti

bimbel bahasa Inggris dan sempoa.
Berbagai prestasi telah

ditorehkan Aqsal. Sebelumnya, ia pernah

menjadi juara III lomba jarimatika Se-Kota

Makassar tahun 2009 dan juara harapan I

lomba sempoa Universal Megabrain Centre

(UMC). Selain itu, predikat rangking kelas

juga tidak pernah luput dari genggamannya.
Putra pasangan Andi Baso

Yamsal-Nurhaya ini bercita-cita menjadi

pilot. Makanan favoritnya adalah telur

dadar. (zuk)

PBHI: Rusuh Makassar Didesain, Polisi Terlibat

MAKASSAR--Kerusuhan yang terjadi di Makassar beberapa hari yang lalu diduga sengaja didesain. Hal tersebut diperkuat oleh banyaknya keganjilan yang terjadi. Demikian yang dikemukakan oleh Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia, Syamsuddin Radjab terkait hasil investigasi sementaranya atas kasus penyerangan wisma HMI Makassar.
Syamsuddin mensinyalir, warga yang terlibat dalam bentrok dengan mahasiswa adalah peliharaan polisi, seperti preman, residivis, dan anggota organisasi tertentu yang digerakkan. Diduga kuat penyerangan terhadap Wisma HMI, UIN dan UNM dilakukan oleh"warga" yang sama yang telah dikonsolidasikan. Menurutnya, ada oknum intel polsek berinisial AR yang terlibat dalam penyerangan kedua di Wisma HMI. Warga yang ikut menyerang, salah satunya berinisial AG, sebelumnya diberi minuman lalu diangkut ke lokasi. AG merupakan eks residivis.
"Apa yang terjadi di Makassar adalah skenario yang diciptakan untuk rusuh . Ada upaya memperhadap-hadapkan antar mahasiswa dan masyarakat," tuding Syamsuddin, dalam jumpa persnya di Warkop Phoenam, Selasa, 9 Maret.
Dalam hal penanganan unjuk rasa, polisi dinilai masih sangat refresif. "Mahasiswa ditindas, dipukul, dan dianiyaya. Akhirnya mahasiswa melakukan aksi massif," terang dia.
Selain melakukan kekerasan, polisi juga sering melakukan pola-pola yang dianggap kontra produktif dengan gerakan mahasiswa. Pola tersebut misalnya, polisi sering melakukan infiltrasi, yaitu melakukan penorobosan terhadap aksi unjuk rasa. Juga, polisi sering melakukan penyusupan. "Intel-intel polisi masuk bergabung dengan masyrakat dan mahasiswa, lalu tidak jarang orang ini melakukan pelemparan," papar Syamsuddin. Ia menilai, berdasarkan hasil pemeriksaannya, bentrok aparat dengan anggota HMI bukan dimulai oleh HMI.
Pola yang lain yaitu polisi melakukan pembiaran kepada warga dan mahasiswa bentrok. "Awalnya, polisi di depan, begitu warga datang, dibukakan jalan lalu masyarakat berhadap-hadapan dengan mahasiswa, polisi di belakang," tambahnya. Hal tersebut terjadi di UIN dan UNM. Selanjutnya, pola aparat yang memprovokasi mahasiswa. Syamsuddin mencontohkan kasus mobil patroli yang dilempari mahasiswa UNM 5 Maret lalu. Saat itu polisi tahu psikologis mahasiswa karena penyerangan Wisma HMI, tetapi mobil tersebut seolah-olah sengaja dilintaskan dekat pengunjuk rasa.
Oleh karena itu, Syamsuddin menduga adanya upaya sistematis untuk berupaya mengalihkan isu Bank Century menjadi isu polisi vs mahasiswa. Selain itu ada indikasi terjadi konflik dalam internal kepolisian dalam hal perebutan jabatan struktural. Ia mencontohkan, peristiwa yang terjadi bukan atas perintah kapolda. "Ada rantai komando yang tidak diketahui oleh Kapolda Sulselbar. Sangat buruk jika hanya ingin mengganti Kapolda dengan menciptakan peristiwa begini," terangya.
Di samping itu, ada indikasi membangun stigmatisasi buruk citra politik untuk wilayah Sulsel. "Kita tahu, tokoh-tokoh yang vokal dalam kasus Century banyak berasal dari Sulsel," imbuh dia.
Karenanya, PBHI merekomendasikan agar pihak kepolisian serius menjalankan proses hukum kepada para oknum polisi yang terlibat. Jika tidak, maka kepolisian akan rusak citranya. Selain itu, kejadian yang sama dikuatirkan akan terjadi lagi jika prose hukumnya tidak tegas. Juga, bisa menimbulkan lagi aksi anarkis mahasiswa karena kecewa.
Demikian juga anggota HMI yang menjadi saksi peristiwa, harus kooperatif dengan polisi supaya kasusnya terbuka.
Dirinya megimbau agar HMI Makssar mengambil tindakan yang tegas kepada anggotanya yang terlibat dan tidak memberinya perlindungan.(zuk) .