Postingan Populer

KUMPULAN TULISAN

Selasa, 04 Mei 2010

EEES akan Terus Dituntut

MAKASSAR--Masyarakat dan mahasiswa Wajo akan terus menuntut PT Energy Equity Epic Sengkang (EEES) agar merealisasikan janjinya. Janji tersebut terkait dana bagi hasil dan corporate social responsibility (CSR) yang dianggap belum maksimal diimplementasikan oleh EEES.

Dana bagi hasil yang mestinya masuk ke kas daerah sebanyak 12 persen dari laba tak kunjung dipenuhi oleh EEES. Padahal, sudah 13 tahun beroperasi di Wajo. Kehadiran EEES dianggap tidak memiliki kontribusi bagi pembangunan Wajo. Juga tidak memilki pangaruh besar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat Wajo.

Hal tersebut terungkap dalam diskusi yang digelar oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Wajo, Kerukunan Keluarga Wajo (KKW), dan Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Wajo (Hipermawa) di Warung Kopi Phoenam, Selasa, 4 April.

Hadir sebagai pembicara, pengurus KKW, Andi Ardiansyah, Sekjen Ikatan Ahli Geologi Indonesia Wilayah Sulseltengbatara, Ir Hartono, dua anggota DPRD Sulsel, Ir Dody Amiruddin dan Affandy Agusman Aris, serta Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Hipermawa, Harmansyah.

Menurut Harmansyah, selama 13 tahun beroperasi, EEES belum menyetor sepersen pun dana bagi hasil untuk pemkab Wajo. Padahal menurutnya, EEES sudah mengalami break event pont yang berarti modal telah kembali. Jika memang perusahaan tersebut merugi, maka tidak akan memperpanjang kontrak untuk beroperasi di Wajo. Kini, dana bagi hasil belum dibayar, muncul lagi biaya-biaya baru, di antaranya, cost recovery.

Terkait keluarnya dari sistem kelistrikan Sulsel, Harmansyah menilai EEES berupaya membangun bargaining atau nilai tawar. Tetapi hal itu, tak akan menghentikan tuntutan dari masyarakat dan mahasiswa Wajo agar EEES merealisasikan kewajibannya. Seperti menuntut EEES agar merealisasikan dana bagi hasil, penerapan maksimal CSR, lisrtrik gratis bagi masyarakat sekitar, dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Dody juga beranggapan sama. Politisi ini menilai jika bisnis energi sangat prospektif. Sebelum memulai berinvestasi di Wajo, EEES sudah melakukan proyeksi dan kalkulasi laba. Waktu operasi selama 13 tahun semestinya sudah bisa membayar royalti kepada pemkab. Termasuk pemberlakuan CSR. "Kontrak kerja sudah terjalin sekian lama. Dan sudah diperpanjang satu kali. Tetapi pemerintah dan masyarakat Wajo tidak pernah menikmati hasilnya," ketus Dody.

Selain itu, lanjut Dody, tidak ada tranparansi keuangan dari EEES. Pemkab Wajo, jelasnya, tidak memiliki wewenang untuk mengaudit EEES. Itu karena kontrak kerjasama dibuat oleh pusat dalam hal ini BP Migas dan Departemen Keuangan. Oleh karena itu, Dody menyarankan agar EEES diaudit oleh lembaga independen atau akuntan publik untuk mengetahui neraca keuangan perusahaan tersebut. Hal tersebut untuk membuktikan sejauh mana kerugiannya jika memang merugi.

Dody juga menduga adanya kontrak rahasia antara pusat dan EEES. Makanya, kata dia, sebaiknya persoalan ini dibawa ke DPR RI karena DPRD Sulsel tidak begitu memiliki wewenang. Selanjutnya DPR RI-lah yang bisa membentuk tim investigasi terkait isi kontrak perpanjangan kerjasama pemerintah-EEES. "Bisa jadi ada kontrak terselubung, yang hanya pusat yang tahu," kata dia.

Sementara itu, Affandy Agusman mengkritik EEES yang seenaknya keluar dari sistem kelistrikan. Padahal yang di rugikan adalah masyarakat banyak. Semestinya, kata dia, EEES meminta izin dulu jika ingin keluar dari sistem. Yang terjadi malah keluar tiba-tiba tanpa minta izin, tetapi begitu mau masuk sistem lagi, EEES meminta izin.

Oleh karena itu, dirinya mendukung elemen masyarakat yang terus mengawal persoalan ini. Kuatirnya masalah ini didiamkan lalu royalti untuk Wajo tak kunjung terealisasi. "Ini harus terus diperjuangkan supaya ada perhatian dari pusat," kata dia.

Ardiansyah juga mengemukakan perlunya masyarakat Wajo terus menggugat hak-haknya dari EEES. Menurutnya, kerugian yang dialami oleh perusahaan tersebut hanya akal-akalan saja. "Kalau mereka mau hengkang, silahkan saja. Tetapi tahan asetnya karena ada royalti yang belum dibayar," tegas dia.

Yang diperjuangkan oleh masyarakat Wajo, lanjut dia, bukanlah menuntut belas kasihan dari EEES, melainkan hak-hak mereka sendiri dari beroperasinya perusahaan tersebut di Wajo. Oleh karena itu, ia mendesak agar secepatnya EEES merealisasikan janjinya.

Hartono lain lagi. Menurutnya, yang harus dipressure adalah pemerintah pusat. Jika hak yang ingin dituntut, maka sasarannya adalah BP migas dan departemen keuangan. Apalagi kontrak kerjasama hanya pusat yang tahu. Pemkab tak dilibatkan sama sekali dalam penrpanjangan kontrak kerjasama tersebut. (zuk)

Cara FKKMT Peringati Hari Kartini

*Gelar Lomba Barazanji agar Lestari

BARAZANJI merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Islam. Tetapi keberadaannya kian redup di tengah masyarakat Sulsel. Pun kalau ada, hanya golongan tertentu saja yang mengetahuinya.

RIDWAN MARZUKI
Jalan AP Pettarani

Mesjid Nurul Iman Telkom disesaki oleh jamaah perempuan. Semuanya tampil dengan busana muslimah. Seperti jilbab, gaun panjang, dan rok. Tentu saja dengan model, corak, dan warna yang berbeda-beda. Wajah mereka juga terlihat ramah dan banyak melempar senyum. Suasana damai sangat terasa di masjid Nurul Iman pagi itu.

Para perempuan yang didominasi kaum ibu ini rupanya sedang mengadakan hajatan. Hajatan yang dimaksud adalah peringatan Hari Kartini. Walau kesannya agak telat karena Hari Kartini jatuh setiap tanggal 21 April, tetapi semangat mereka memaknainya perlu diapresiasi. Cara kaum Ibu Makassar ini terbilang unik dalam merayakan Hari Kartini.

Ibu-ibu ini berasal dari berbagai kelompok Majelis Taklim se-Kota Makassar. Tujuan mereka untuk mengikuti kompetisi Barazanji. Forum Koordinasi Kegiatan Majelis Taklim (FKKMT) Sulsel sebagai pelaksananya. Dengan penuh antusiasme, kaum Kartini Kota Makassar ini mengikuti lomba yang baru pertama kali ini dilaksanakan di tingkat Majelis Taklim (MT).

Memang, lomba Barazanji ini merupakan kali pertama dilaksanakan oleh FKKMT. Sebelumnya, hampir tak pernah dilombakan dikalangan ibu-ibu, khususnya di Kota Makassar. Yang ada selama ini hanya Barazanji berbentuk festival. Yaitu, Barazanji hanya sekedar tontonan, bukan pertandingan.

Menyadari Barazanji sebagai peninggalan kebudayaan Islam, FKKMT terpanggil untuk menggelar kompetisi ini. Apalagi ibi-ibu yang selalu hanya diasosiasikan berkutat dengan sektor domestik dalam rumah tangga. Mereka juga ingin menampilkan eksistensi diri bahwa ibu-ibu juga bisa berkontribusi dalam pelestarian kebudayaan Islam, yaitu barazanji.

Seperti yang diungkapkan Ketua panitia pelaksana kompetisi Barazanji, Hj St Naimah Bakrii Z, kegiatan ini diproyeksikan untuk melestarikan Barazanji. "Barazanji itu kan sudah tidak populer lagi. Makanya lomba Barazanji ini dilaksanakan," kata dia.

Selain itu, lanjut dia, lomba Barazanji ini sekaligus memberi rangsangan kepada para anggota majelis taklim se-Kota Makassar agar membudayakan Barazanji. Dan ternyata, menurut Naimah, para ibu-ibu majelis taklim tersebut sangat giat belajar dan berlatih menyambut lomba ini. "Alhamdulillah, mereka cukup antusias," imbuh dia.

Lomba ini diikuti oleh 29 tim Barazanji se-Kota Makassar. Mereka mewakili kelompok majelis taklim masing-masing dari berbagai kecamatan di metropolitan ini. Seperti Kecamatan Rappocini, Manggala, Tamalate, Ujung Pandang, Panakkukang, Mariso, dan Mamajang.

Dari Kecamatan Mamajang, ada MT Marhaban. Lalu dari Kecamatan Tamalate, ada MT Nururrahmah, Amaliah, Sirathal Mustaqim, Ummu Salamah, Nurul Iman Telkom, Al Jazirah, dan Al Ikhlas. Dan dari Kecamatan Rappocini, ada MT Darul Muttaqin, Kwim, Nurul Hijrah, An Nur, Baiti Jnnati, Al Ikhlas, Al Khaerat, dan Raodatul Jannah.

Selanjutnya dari Kecamatan Manggala, ada MT Da'watul Khaer, Nurul Muttahidah, Islahul Quluub, Nurul Ilham, Al Ikhlas, dan Ummu Salamah. Dan dari Kecamatan Mariso, ada MT Arruhama, Al Adzim Jami', dan Attauhid. Lalu Kecamatan Panakkukang diwakili oleh MT khuwah dan Babul Jannah. Serta dari Kecamatan Ujung Pandang, MT Al Hikmah.

Panitia melibatkan tiga orang sebagai dewan juri dalam lomba ini. Ketuanya bernama Drs KH Arsyad Rajab MS. Ia dibantu oleh dua orang anggota, Madinung BSW dan Dra Amirah C. Ketiga orang inilah yang menilai lomba ini dari berbagai aspek yang menjadi perhatian dalam Barazanji.

Memang, ada beberapa hal yang menjadi aspek penilaian dalam lomba Barazanji. Misalnya, ketepatan makhrajulhuruf atau tajwid. Yaitu cara penyebutan dan membaca huruf-huruf Arab dalam kitab Barazanji. "Lalu kita juga menilai keindahan lagu dan keserasiannya," terang Arsyad.

Khusus untuk aspek keserasian, lanjut Arsyad, penilaian difokuskan pada gerakan dan juga keserasian dalam berpakaian atau kostum. Gerakan yang dimaksud adalah sejauh mana kekompakan para anggota tim Barazanji tersebut. Karena membaca Barazanji adalah membaca syair. Dari situ, semestinya ada pendalaman dan pelibatan perasaan di dalamnya.

Arsyad mengibaratkan Barazanji sebagai vokal grup. Di dalamnya harus ada kerjasama dan kekompakan. Karena jika unsur itu tidak terpenuhi, kualitas keindahan Barazanji akan berkurang. Kadang satu orang yang menyanyi, dan pada pada bagian tertentu benyanyi bersama.

Selain itu, peserta lomba juga diharuskan mematuhi beberapa aturan lomba. Di antaranya durasi penampilan tidak boleh lebih dari 15 menit per tim. Lalu setiap tim beranggotakan tak kurang dari tujuh dan tak lebih dari sepuluh orang.
Lomba Barazanji ini dibuka oleh asisten IV Pemerintah Kota Makassar, Ir Apiaty Amin Syam MSi. Hadir juga Kasubag Tata Usaha Kantor Kementrian Agama Kota Makassar, Drs Muhammad Qasim MPd.

Menurut Qasim, walaupun Barazanji bukan syariat, tetapi kehadirannya mampu membangkitkan spirit ke-Islaman bagi umat. Hal itu penting untuk menggairahkan syiar Islam di tengah kondisi globalisasi saat ini di mana umat perlahan-lahan meninggalkan Islam.

Brazanji sendiri, lanjut Qasim, merupakan syair yang berisi tentang Nabi Muhammad Saw. Seperti sejarah Nabi saat kecil. Menceritakan juga silsilah keluarga, kepribadian, dan akhlaknya. "Jadi sebenarnya Barazanji itu menggambarkan sosoknya Nabi (Muhammad, red)," imbuh dia.

Selain lomba Barazanji, FKKMT juga menggelar lomba pidato. Pesertanya juga berasal dari MT se-Makassar. Tema pidato yang diangkat, Peranan Majelis Taklim dalam Pembangunan Kota Makassar.(zuk)