Forum ini hanya kepingan kerikil dalam bantaran sungai yang luas. Tapi inspirasi kemudian selalu muncul untuk mengantar pada indahnya mencoba berpikir untuk orang lain.
Postingan Populer
-
TANGGA SERIBU. Salah satu tantangan bagi petualang gua adalah tangga seribu undakan yang harus dilewati sebelum akhirnya sampai di Gua Sum...
-
Dok.Fajar MAKASSAR--Universitas Fajar (Unifa) dan Harian Fajar menandatangani kesepakatan pengembangan entrepreneur di Sulsel. Utamanya ke...
-
CERIA. Anak-anak sekolah menggunakan hari libur untuk berenang dan bermain di kolam renang ini. Salah satu kegiatan positif bagi pelajar,...
-
NURHADI/FAJAR MAKIN BERSIH. Kartini, warga RT A dan RT B Lorong 20, Kelurahan La'latang, Tallo, sementara menyapu di lokasi peserta MGC...
-
MENELUSURI JEJAK MANUSIA PURBA SULSEL EVOLUSI manusia dan peradabannya di Sulsel begitu panjang. Soppeng menjadi daerah pertama didi...
-
MAKASSAR--Universitas Muslim Indonesia (UMI) menggelar zikir akbar dan doa untuk Palestina, Jumat, 11 Juni. Acara zikir akbar dan doa ini d ...
-
Menguak Eksotisme Alam Maros Pedalaman KABUPATEN Maros tak hanya memiliki satu air terjun (bantimurung). Nun jauh di pedalaman Ma...
-
Ini Detail Arti Emo Emoji sangat efektif digunakan untuk menegaskan perasaan dan ekspresi ketika “mengatakan” sesuatu di aplikasi pesan in...
-
*Melestarikan Lingkungan Adalah Ibadah JANGAN anggap remeh sampah. Hanya karena mendaur ulang sampah, Hj Erni Suhaina Ilham Fadzry mendapa...
-
Dok.YUS ULTAH. Suasana di depan Pena Mart, lantai satu Fajar Graha Pena, Minggu, 9 Mei. MAKASSAR -- Puluhan anak-anak dan remaja ambil b...
KUMPULAN TULISAN
Jumat, 05 Februari 2016
Puisi: PIPIT BELANTARA
PIPIT BELANTARA
Tak ada yang bisa menyerupai
Kepak sayapmu yang lembut
Indah bak berukir
Kuat, mengempas, bahkan badai sekalipun
Kamu pernah terbui
Bukan terbuai
Sangat lama itu terjadi
Lalu masihkah kamu berpatri?
Terbang, terbang, terbanglah....
Biarkan mereka melihatmu basah
Hujan adalah intro pelawan gelisah
Dan kamu telah melaluinya semringah
Sangkar bukan lagi tempatmu
Mayapada menantimu berkicau
Menyanyi, walau suaramu ceracau
Di lain waktu akan memukau
Lihat, lihat, lihatlah....
Diameter langit menyuguhi gerhana merah
Mirip wajahmu yang tak pernah gerah
Di segala situasi selalu indah
Duhai, kamu... Pipit senjaku
Tanpa bui, kamu itu kebebasan tak baku
Melanglang, enggan berpaku
Kau tak 'kan lelah menopang malu beku
****
Kehidupan memberimu arti
Tentang pertentangan logika dan rasa
Tetang komitmen dan ketidakpastian
Tentang kesungguhan dan kepura-puraan
Telah kamu saksikan
Seluruh alam memujimu semu
Mungkin ada yang abadi
Tapi sekadar artikulasi perindu
Atau mungkin juga penggoda
Rindumu diisi oleh hamparan kebutaan
Laut, rimba, dan gurun
Telah meluaskan sekat cintamu
Namun tidak dengan hatimu
Pipitku, ingatlah kesenjaan
Tempat berbalik saat penat
Atau saat sejuk berubah badai salju
Tak lagi dingin, tapi kelu
Kamu tetap merdeka
Bebas menukik dan berakrobat
Tapi ingatlah, Pipitku
Langit terlalu luas untuk kamu itari
****
Corak jingga merelung di ufuk
Keriuhan langit berubah kepanikan
Langit gelap: awan dan malam
Kamu harus kembali, bukan?
Pulanglah, Pit...
Tubuh mungilmu harus tetap kuat
Kembalilah...
Kumpulkan energimu untuk esok
Petualanganmu belum tuntas
Kembalilah mereso
Esok menatimu beraso
Kamu pantas.....
(***)
Asal coret
(Sabtu, 6 Februari 2016)
Langganan:
Postingan (Atom)