Forum ini hanya kepingan kerikil dalam bantaran sungai yang luas. Tapi inspirasi kemudian selalu muncul untuk mengantar pada indahnya mencoba berpikir untuk orang lain.
Postingan Populer
-
***/FAJAR DISTRO DAENG. Den Dede dengan beberapa kaus desainnya yang bisa diperoleh di Distro Daeng, Jalan Sungai Saddang Baru, Minggu, 16 ...
-
Menjejak Sejarah Perkampungan Belanda di Makassar MAKASSAR, FAJAR--Tatanan Makassar tidak terlepas dari peranan Belanda yang pernah tingga...
-
MAKASSAR--Fakultas Sastra Universitas 45 resmi mengganti nama menjadi Fakultas Ilmu Kebudayaan (FIK). Hal tersebut diputuskan dalam rapat se...
-
Foto: Iman/Fajar As'adiyah, Wajo di Tengah Covid-19 Santri dan santriwatinya datang dari berbagai daerah. Menjadi peletak pendi...
-
*Akan Dibangun Mirip Klenteng Usianya sudah 250 tahun. Tercatat sebagai salah satu masjid tertua di Sulsel selain Masjid Katangka di Sun...
-
DALAM perjalanan sejarah, badik mengalami transformasi. Senjata khas untuk suku Bugis-Makassar ini, sejatinya memiliki makna yang le...
-
MAKASSAR--Meningkatnya eskalasi politik di Makassar usai penetapan hasil rekapitulasi KPU Sulsel terhadap hasil Pemilihan Gubernur (Pilgub...
-
*Melestarikan Lingkungan Adalah Ibadah JANGAN anggap remeh sampah. Hanya karena mendaur ulang sampah, Hj Erni Suhaina Ilham Fadzry mendapa...
-
Dok.YUS ULTAH. Suasana di depan Pena Mart, lantai satu Fajar Graha Pena, Minggu, 9 Mei. MAKASSAR -- Puluhan anak-anak dan remaja ambil b...
-
MAKASSAR--Kelurahan Lembo Kecamatan Tallo punya misi untuk menjadi yang terbaik dalam Makassar Green and Clean (MGC) 2010. Hal itu bisa dili...
KUMPULAN TULISAN
Rabu, 23 Januari 2013
Adipura dan Ekpektasi Makassar
MAKASSAR--Pemerintah Kota Makassar dinilai kurang serius dalam melakukan penataan lingkungan. Banyak masalah lingkungan yang seharusnya sudah diselesaikan, justru terkesan dibiarkan berlarut-larut. Hal ini yang menyebabkan Piala Adipura tak pernah lagi didapatkan Kota Makassar.
Anggota Fraksi Makassar Bersatu DPRD Makassar, Rahman, mengatakan, seharusnya kegagalan Makassar meraih Piala Adipura, sudah diketahui penyebabnya. Dengan begitu, masalah tersebut idealnya juga telah diselesaikan. Sayang, selama 15 tahun, Makassar tak pernah lagi mendapatkan Piala Adipura.
"Instansi-instansi terkait seharus bertanggung jawab karena pasti mereka sudah tahu apa saja yang harus dibenahi akibat kegagalan itu," ujar Rahman di ruang kerjanya Kantor DPRD Makassar, Senin, 22 Januari.
Menurutnya, ada beberapa hal yang menjadi persoalan utama sehingga Makassar selalu gagal mendapatkan Piala Adipura, di antaranya pengelolaan sampah, pasar tradisional, dan kanal atau drainase.
Penanganan sampah di Kota Makassar, masih jauh dari ideal. Masih banyak tempat yang sampahnya berserakan, bahkan saluran drainase dan kanal yang mestinya untuk menampung air, justru banyak digunakan untuk membuang sampah. Kendati masyarakat terlibat di dalamnya, namun pemerintah kota harus tegas.
"Ini bukan persoalan baru, jika memang ada keseriusan mendapatkan Piala Adipura, maka seharusnya instansi terkait fokus ke sana. Sampah misalnya, seharusnya sudah ada solusi, karena sejauh ini tidak pernah tuntas," ujar Rahman.
Karena tak adanya upaya serius tersebut, makanya jika ada penilian bahwa instansi terkait cenderung apatis, maka itu tak bisa disalahkan. Persoalan kesemrawutan pasar tradisional juga menyumbang rendahnya poin Makassar dalam penilaian Adipura. Pasar tradisional semkin jorok karena dari awal tidak ada penanganan yang efektif. Malah saat ini sudah mengambil badan jalan.
"Yang perlu dilakukan, galakkan sosiasliasi kebersihan. Infrastruktur juga harus dibenahi. Sadarkan masyarakat," tandas Rahman.
Sementara itu, anggota Komisi C DPRD Makassar, Nelson Marnanse Kamisi, mengatakan, Piala Adipura memiliki banyak aspek yang dinilai. Menurutnya, tim di pemkot Makassar ini tidak diketahui apakah bekerja atau tidak dalam menutupi celah-celah sehingga Piala Adipura tak pernah lagi didapatkan sejak 1997.
"Kan ada poin yang direkomendasikan dan harus diperbaiki. Seharusnya itu yang dikerjakan. Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam menjaga kebersihan itu juga masih rendah," ujarnya.
Ia mengatakan, sejauh ini sampah masih banyak berserakan dan bahkan di pasar-pasar tradisional menimbulkan kesaan tidak tertarur. Ia mengatakan, seharusnya ada penindakan bagi mereka yang membuang sampah sembarangan. Makanya, untuk hal itu, Satpol PP diminta menegakkan perda tentang kebersihan.
"Kalau Satpol PP hanya di kantor terus, tidak akan selesai. Kalau anggaran operasionalnya kurang, minta anggaran supaya saat pembahasan di dewan kita pertimbangkan," ujar Nelson.
Nelson melihat salah satu pemicu gagalnya Kota Makassar meraih Adipura adalah masalah drainase yang selain karena pendangkalan juga karena tidak terkoneksi. Di sisi lain, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), juga masih belum begitu memenuhi standar.
Selanjutnya, Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang juga menjadi salah satu penilaian, terkesan semakin menurun. Kebijakan pemerintah sangat penting untuk hal ini, terutama penegakan aturan bahwa setiap penerbitan IMB harus menyediakan 20 persen untuk RTH.
"Berikan kesadaran kesehatan lingkungan terhadap masyarakat. Lalu kuncinya adalah ciptakan Adipura dalam diri masing-masing," tandasnya. (***)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar