Untia, Siap Imbangi Bogor

MAKASSAR--Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya serius mengikuti Makassar Green and Clean (MGC) 2010. Hal terlihat dari berkembangnya pembenahan lingkungan yang ada di wilayah itu. Seperti terlihat, Kamis, 24 Juni, saat Fajar dan motivator MGC 2010, Dwi Cahya R mengunjungi wilayah ini

Warga Untia, khususnya di Rukun Warga (RW) I, menyambut kedatangan kami dengan sangat ramah dan antusias. Ini bukan mengada-ada, pasalnya ketika kami sampai, warga di RW ini, dari kalangan ibu-ibu dan bapak-bapak, terlihat menyambut kedatangan kami di gerbang masuk yang tampaknya sudah menunggu agal lama. Salah satunya adalah Ketua RW I, H Zainuddin.

MGC 2010 ini, Kelurahan Untia memang hanya mendelegasikan satu wilayahnya, yiatu RW I. RW ini hanya terdiri atas tiga rukun tetangga (RT), masing-masing RT 01, RT 02, dan RT 03. Wilayah ini, oleh warga Untia, dianggap paling siap bersaing dengan wilayah-wilayah lain dalam even tahunan ini. Hal itu memang wajar jika melihat pesatnya perubahan wilayah ini sejak bergabung dalam even MGC 2010 ini.

Ketua RT 01, Effendi Tayeb AB, menegaskan jika warganya totalitas dalam melakukan pembenahan lingkungan. Apalagi katanya, Kelurahan Untia diekspektasikan menjadi daerah kunjungan wisata, utamanya wisata kelautan. "Masyarakat Perkampungan Nelayan siap bersaing dengan Kota wisata, Bogor. Kita siap menuju Kota Dunia," ujar laki-laki yang juga menjabat sebagai koordinator MGC 2010 untuk RT 01.

Sekedar catatan, Kelurahan Untia lebih populer dengan sebutan Kampung Nelayan. Ini disebabkan karena mayoritas warga yang tinggal dan tercatat sebagai penduduk di kelurahan ini berprofesi sebagai nelayan. Kawasan ini memang sangat dekat dengan laut. Tepatnya berbatasan langsung dengan laut di bagian barat wilayah ini.

Fasilitator lingkungan Kecamatan Biringkanaya yang juga aktivis lingkungan Kelurahan Untia, Djambrud, menjelaskan untuk masuk berkompetisi dalam MGC 2010, bukanlah hal yang sulit bagi warganya. Alasannya karena masyarakat di wilayah ini sejak dulu memiliki kultur bersih. Walaupun selama ini sering mendapat setreotipe dengan sebutan daerah kumuh.Tetapi, tegas Djmabrud, kesan kumuh itu hanyalah masa lalu.

Djambrud memang paling memahami persoalan penataan lingkungan. Sejak tiga tahun lalu perempuan paruh baya ini dinobatkan sebagai fasilitator lingkungan. Sudah tiga kali ia terlibat dalam even green and clean. Tepatnya sejak 2007, saat MGC mulai dihelat. Makanya tak heran jika saat ini ia sudah dijadikan fasilitator kecamatan. Dialah yang mengurusi pembenahan wilayah setiap kelurahan di Biringkanaya. "Saya mengurusi sampah terus. Mungkin sampai mati," ujarnya lirih.

Di RW I ini, warga memang bahu membahu menata lingkungan. Keseriusan itu bisa disaksikan dengan maraknya penghijauan di wilayah itu. Selain hijau, wilayahnya juga terlihat bersih. Termasuk saluran-saluran air di halaman rumah warga terlihat sangat bersih. Djambrud berharap, semoga kondisi ini bisa dipertahankan terus oleh warganya. (zuk)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspadai Pakai Emo, Ini Fungsinya Masing-masing

Berlibur di Kolam Renang PT Semen Tonasa

Sumpang Bita, Wisata Sejarah nan Menakjubkan