Pengamen Marak Lagi
*Memaksa dan Mulai Meresahkan
PENGAMEN kembali marak. Hampir di setiap persimpangan jalan, khususnya yang punya traffic light, sehingga pengendara berhenti menjadi sasaran.
Ironisnya, pengamen akhir-akhir ini yang beroperasi bukan lagi sekadar pengamen betulan. Ada kelompok mahasiswa yang juga sudah mulai terjun menjadi pengamen di persimpangan jalan.
Keberadaan pengamen tersebut mendapat sorotan dari warga di kota ini. Betapa tidak, ulah para pengamen dinilai sudah sangat meresahkan karena mengganggu ketertiban dan kenyamanan di jalan.
Belum lagi perilaku brutal yang ditunjukkan. Misalnya, ketika tidak diberi receh, mereka lalu bereaksi. Misalnya menggores kendaraan atau mengumpat si pengendara.
Selain itu, keberadaan mereka di jalan juga sangat mengganggu. Sebab, saat lampu hijau sudah menyala, tetapi lagunya belum habis, mereka cenderung tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Akibatnya, mereka bisa memicu kemacetan. Jika tidak, malah rawan menimbulkan kecelakaan, misalnya tertabrak.
Seperti dijumpai di perempatan Jalan AP Pettarani-Jalan Urip Sumoharjo, Sabtu malam, 12 Juni. Serombongan mahasiswa mengamen. Jumlahnya kurang lebih 20-an orang. Mereka terlihat terorganisir.
Penangung jawabnya bernama Herman Yusuf. Herman merupakan Ketua Himpunan Mahasiswa Maumere, Flores, NTT. Kegiatan mengamen, jelas Herman, bukan untuk kepentingan pribadi. Dana yang didapatkan akan digunakan untuk kegiatan organisasinya.
"Kita lakukan ini karena mau melaksanakan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan, red). Kita ini perantau, tidak punya donatur di sini. Kalau dana sudah mencukupi, baru LDK kami laksanakan," ujarnya.
Keberadaan pengamen, baik mahasiswa maupun pengamen tetap hampir bisa ditemukan di berbagai titik jalan besar di metropolitan ini. Selain Jalan AP Pettrani dan Jalan Sultan Alauddin, juga bisa ditemukan di Jalan Hertasning, Jalan Ratulangi, Jalan Landak, dan beberapa lainnya. Keberadaan mereka, bagi warga pengguna jalan, sudah meresahkan.
Belum lagi, bagi mereka yang sementara menikmati kelezatan masakan di warung tepi jalan. Juga sangat terganggu dengan keberadaan pengamen.
Salah seorang warga Makassar, Tandi Ruruk, mengakui pengamen di jalan saat ini sudah sangat meresahkan. Karena jumlahnya cukup banyak bertebaran di perempatan jalan dan traffic light.
"Pengamen jalanan itu sangat mengganggu, karena terkadang memaksa agar diberi uang. Kalau mobil berada di traffic light mobil kadang dipukuli kaca dan bodinya. Saya curiga, ada orang yang koordinir para pengamen ini," kata Tandi, Minggu, 13 Juni.
Pantauan di lapangan, titik-titik yang banyak dijumpai pengamen adalah Jalan Sungai Saddang Baru, Jalan Ratulangi, Jalan Sultan Alauddin, Jalan AP Pettarani, Jalan Penghibur, dan perbatasan Makassar-Gowa.
Keluhan soal pengamen juga diakui Salmah. "Saya berharap ada penertiban karena sudah mengganggu masyarakat. Pemkot Makassar mesti proaktif," harapnya. (*)
PENGAMEN kembali marak. Hampir di setiap persimpangan jalan, khususnya yang punya traffic light, sehingga pengendara berhenti menjadi sasaran.
Ironisnya, pengamen akhir-akhir ini yang beroperasi bukan lagi sekadar pengamen betulan. Ada kelompok mahasiswa yang juga sudah mulai terjun menjadi pengamen di persimpangan jalan.
Keberadaan pengamen tersebut mendapat sorotan dari warga di kota ini. Betapa tidak, ulah para pengamen dinilai sudah sangat meresahkan karena mengganggu ketertiban dan kenyamanan di jalan.
Belum lagi perilaku brutal yang ditunjukkan. Misalnya, ketika tidak diberi receh, mereka lalu bereaksi. Misalnya menggores kendaraan atau mengumpat si pengendara.
Selain itu, keberadaan mereka di jalan juga sangat mengganggu. Sebab, saat lampu hijau sudah menyala, tetapi lagunya belum habis, mereka cenderung tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Akibatnya, mereka bisa memicu kemacetan. Jika tidak, malah rawan menimbulkan kecelakaan, misalnya tertabrak.
Seperti dijumpai di perempatan Jalan AP Pettarani-Jalan Urip Sumoharjo, Sabtu malam, 12 Juni. Serombongan mahasiswa mengamen. Jumlahnya kurang lebih 20-an orang. Mereka terlihat terorganisir.
Penangung jawabnya bernama Herman Yusuf. Herman merupakan Ketua Himpunan Mahasiswa Maumere, Flores, NTT. Kegiatan mengamen, jelas Herman, bukan untuk kepentingan pribadi. Dana yang didapatkan akan digunakan untuk kegiatan organisasinya.
"Kita lakukan ini karena mau melaksanakan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan, red). Kita ini perantau, tidak punya donatur di sini. Kalau dana sudah mencukupi, baru LDK kami laksanakan," ujarnya.
Keberadaan pengamen, baik mahasiswa maupun pengamen tetap hampir bisa ditemukan di berbagai titik jalan besar di metropolitan ini. Selain Jalan AP Pettrani dan Jalan Sultan Alauddin, juga bisa ditemukan di Jalan Hertasning, Jalan Ratulangi, Jalan Landak, dan beberapa lainnya. Keberadaan mereka, bagi warga pengguna jalan, sudah meresahkan.
Belum lagi, bagi mereka yang sementara menikmati kelezatan masakan di warung tepi jalan. Juga sangat terganggu dengan keberadaan pengamen.
Salah seorang warga Makassar, Tandi Ruruk, mengakui pengamen di jalan saat ini sudah sangat meresahkan. Karena jumlahnya cukup banyak bertebaran di perempatan jalan dan traffic light.
"Pengamen jalanan itu sangat mengganggu, karena terkadang memaksa agar diberi uang. Kalau mobil berada di traffic light mobil kadang dipukuli kaca dan bodinya. Saya curiga, ada orang yang koordinir para pengamen ini," kata Tandi, Minggu, 13 Juni.
Pantauan di lapangan, titik-titik yang banyak dijumpai pengamen adalah Jalan Sungai Saddang Baru, Jalan Ratulangi, Jalan Sultan Alauddin, Jalan AP Pettarani, Jalan Penghibur, dan perbatasan Makassar-Gowa.
Keluhan soal pengamen juga diakui Salmah. "Saya berharap ada penertiban karena sudah mengganggu masyarakat. Pemkot Makassar mesti proaktif," harapnya. (*)
Komentar
Posting Komentar