Bulurokeng, Pinggiran yang Idaman
OLEH RIDWAN MARZUKI
MAKASSAR -- Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya, serius menata lingkungan. Itu dilakukan untuk membuktikan diri bahwa warga di kelurahan ini juga tidak mau ketinggalan dalam ajang Makassar Green and Clean (MGC) 2010. Mereka juga menargetkan diri menjadi salah satu yang terbaik dalam even ini.
Kelurahan Bulurokeng diwakili oleh Rukun Warga (RW) IV dalam MGC 2010. RW ini terdiri atas empat Rukun Tetangga (RT). Yaitu RT 01, RT 02, RT 03, dan RT 04. Wilayah utama yang didorong maju dalam kompetisi adalah RT 01 dan RT 02. Kedua RT ini dianggap paling maju dalam hal penataan lingkungan dan kebersihan. Penghijauan relatif sudah berkembang apalagi karena didukung oleh kondisi demografis dengan banyaknya pepohonan di wilayah ini.
Kelurahan Bulurokeng memang wilayah pinggiran karena berbatasan langsung dengan Kabupaten Maros. Malah, dulunya Bulurokeng merupakan bagian dari Maros. Nanti setelah dekade tahun 1970-an, Bulurokeng beralih atau masuk menjadi Bagian dari Kota Makassar.
Lurah Bulurokeng, Zainal A Takko, menjelaskan, kelurahannya masih mirip seperti kampung utamanya yang terkait dengan kultur dan tradisi. Persatuan masyarakat di kelurahan ini terbilang kuat. Maklum, konsep kampung memang masih mengandalkan gotong-royong dan kebersamaan. Apalagi antar sesama warga saling kenal dan bahkan masih berkeluarga.
"Di sini kekelurgaan masih sangat kental. Budayanya masih dipertahankan dengan menerapkan tradisi kampung. Semua warga saling kenal. Jangan dalam satu RT, warga dari RW lainpun, mereka saling kenal," tutur Zainal, Kamis, 17 Juni
Warga di Kelurahan Bulurokeng, lanjut Zainal, masih menganggap wilayahnya sebagai kampung atau desa. Memang, awal bergabungnya Bulurokeng ke Makassar, dulu namanya Desa Bulurokeng. Selajutunya meningkat menjadi Lingkungan Bulurokeng, dan belakangan baru diganti lagi menjadi Kelurahan Bulurokeng.
"Orang di sini (Kelurahan Bulurokeng, red), masih menggunakan nama RK, yaitu rukun kampung. Bukan RW. Meskipun di SK-nya memang sudah RW, tetapi masyarakat di sini masih menyebutnya RK," imbuh Zainal, saat Fajar dan motivator MGC 2010, Dwi Cahya R, mengunjungi wilayahnya.
Warga di wilayah ini, kata Zainal, kerja samanya tinggi. Jika ada hal-hal yang ingin dibenahi, utamanya yang berkaitan dengan infrastruktur lingkungan, cukup satu atau dua orang warga yang diberi tahu. Selanjutnya, informasi tersebut akan menyebar, dan dengan kesadaran warga berpartisipasi.
Demikian halnya dengan kerja bakti. Warga akan antusias dan bahu-membahu, tidak harus diminta. Setiap ada seorang warga yang memulai membersihkan dan menanam kembang, warga lainnya akan ikut serta. "Yang penting ada yang memulai, yang lain akan ikut serentak. Ibu-ibunya yang paling kompak," ujar Zainal. (*)
MAKASSAR -- Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya, serius menata lingkungan. Itu dilakukan untuk membuktikan diri bahwa warga di kelurahan ini juga tidak mau ketinggalan dalam ajang Makassar Green and Clean (MGC) 2010. Mereka juga menargetkan diri menjadi salah satu yang terbaik dalam even ini.
Kelurahan Bulurokeng diwakili oleh Rukun Warga (RW) IV dalam MGC 2010. RW ini terdiri atas empat Rukun Tetangga (RT). Yaitu RT 01, RT 02, RT 03, dan RT 04. Wilayah utama yang didorong maju dalam kompetisi adalah RT 01 dan RT 02. Kedua RT ini dianggap paling maju dalam hal penataan lingkungan dan kebersihan. Penghijauan relatif sudah berkembang apalagi karena didukung oleh kondisi demografis dengan banyaknya pepohonan di wilayah ini.
Kelurahan Bulurokeng memang wilayah pinggiran karena berbatasan langsung dengan Kabupaten Maros. Malah, dulunya Bulurokeng merupakan bagian dari Maros. Nanti setelah dekade tahun 1970-an, Bulurokeng beralih atau masuk menjadi Bagian dari Kota Makassar.
Lurah Bulurokeng, Zainal A Takko, menjelaskan, kelurahannya masih mirip seperti kampung utamanya yang terkait dengan kultur dan tradisi. Persatuan masyarakat di kelurahan ini terbilang kuat. Maklum, konsep kampung memang masih mengandalkan gotong-royong dan kebersamaan. Apalagi antar sesama warga saling kenal dan bahkan masih berkeluarga.
"Di sini kekelurgaan masih sangat kental. Budayanya masih dipertahankan dengan menerapkan tradisi kampung. Semua warga saling kenal. Jangan dalam satu RT, warga dari RW lainpun, mereka saling kenal," tutur Zainal, Kamis, 17 Juni
Warga di Kelurahan Bulurokeng, lanjut Zainal, masih menganggap wilayahnya sebagai kampung atau desa. Memang, awal bergabungnya Bulurokeng ke Makassar, dulu namanya Desa Bulurokeng. Selajutunya meningkat menjadi Lingkungan Bulurokeng, dan belakangan baru diganti lagi menjadi Kelurahan Bulurokeng.
"Orang di sini (Kelurahan Bulurokeng, red), masih menggunakan nama RK, yaitu rukun kampung. Bukan RW. Meskipun di SK-nya memang sudah RW, tetapi masyarakat di sini masih menyebutnya RK," imbuh Zainal, saat Fajar dan motivator MGC 2010, Dwi Cahya R, mengunjungi wilayahnya.
Warga di wilayah ini, kata Zainal, kerja samanya tinggi. Jika ada hal-hal yang ingin dibenahi, utamanya yang berkaitan dengan infrastruktur lingkungan, cukup satu atau dua orang warga yang diberi tahu. Selanjutnya, informasi tersebut akan menyebar, dan dengan kesadaran warga berpartisipasi.
Demikian halnya dengan kerja bakti. Warga akan antusias dan bahu-membahu, tidak harus diminta. Setiap ada seorang warga yang memulai membersihkan dan menanam kembang, warga lainnya akan ikut serta. "Yang penting ada yang memulai, yang lain akan ikut serentak. Ibu-ibunya yang paling kompak," ujar Zainal. (*)
ada tugas survey ke kelurahan ini. semoga lancar dan dapat mengenal lebih dalam tentang kelurahan bulurokeng
BalasHapusSurvei tentang apa, Pak? Semoga surevinya lancar yaa...
BalasHapus