Cinta Mata Jiwa
Melabuhkan Rindu ADA orang yang menunggumu dalam jeritan rindunya setiap saat; yang mengalir di aurtanya, sehidup dengan embusan napasnya Ia tak bisa mengungkapkan rindu berkala. Takut kesannya diumbar, lalu menjadi prahara. Jika itu terjadi, ia kan merana. Cinta kalian jadi alasannya. Bukankah rasa adalah bahasa jiwa? Tak perlu ia diterangkan ihwal rindu yang mencekik serupa dahaga penyaum 40 hari. Resapilah setiap inci helaan napas dan tatapan tanpa sekat karena cinta. Sebab, segala metri telah hilang dari tabir ketika cinta menjadi mata jiwa (***)