Postingan Populer

KUMPULAN TULISAN

Sabtu, 13 Maret 2010

Ikhlas Mengabdi Untuk Umat

Pengelola Pura Giri Natha Makassar


Menjadi pengelola Pura bukan pekerjaan yang mudah. Di samping menuntut waktu dan tenaga serta finansial, banyak kendala-kendala lain yang dihadapi.

RIDWAN MARZUKI
.Jalan Perintis Kemerdekaan

 Di kalangan umat Hindu Sulsel, khususnya Kota Makassar, Ir Nyoman Sumarya bukan nama yang asing. Posisinya sebagai Ketua Banjar Hindu Kota Makassar membuatnya dikenal dalam komunitas Hindu di Makassar.

Penampilannya sederhana dan ramah senyum. Sesekali ia memperbaiki posisi kacamatanya saat berbicara dengan penulis. Cara berbicaranya juga begitu sopan. Mungkin karena faktor itulah sehingga ia diangkat menjadi penanggung jawab kegiatan upacara di Pura Giri Natha.

 Pagi-pagi sekali dia sudah berada di Pura Giri Natha. Mengenakan baju batik bermotif dedaunan, ia tampil meyakinkan dan menyapa penulis.

Sengaja ia datang lebih awal tak lain karena tanggung jawabnya untuk mempersiapkan segala keperluan menjelang Hari Raya Nyepi, besok. Apalagi hari ini (kemarin), diadakan ritual Melasti, yaitu pembersihan dan penyucian, baik fisik maupun mental di Pantai Akkarena.
Sebelum berangkat dari Pura Giri Natha meunuju Pantai Akkarena Tanjung Bunga untuk melaksanakan ritual Melasti atau Mekiyis, ia harus mempersiapkan upakara. Upakara adalah alat-alat atau sarana yang dipakai dalam upacara keagamaan umat Hindu.

  Sebagai Ketua Panitia Perayaan Hari Nyepi dan Tahun Baru Saka 1932, Nyoman dituntut memberikan pelayanan yang baik kepada umat Hindu yang akan melaksanakn ritual keagamaan di pura.

 Posisi Ketua Banjar Hindu Kota Makassar dipegangnya sejak 2007 lalu. Dalam aturan Banjar, periode kepengurusan seorang ketua berlangsung selama tiga tahun. Setelah itu diadakan pemilihan lagi, dan ketua sebelumnya masih bisa terpilih jika para anggotanya masih menghendaki ketua sebelumnya.

 Selain sebagai pengelola Pura Giri Natha, Banjar Hindu Kota Makassar merupakan lembaga informal yang bergerak dalam bidang sosial dan kemasyrakatan. "Fungsinya untuk melakukan forum bersama bagi umat Hindu yang ada di Kota Makassar ini," terang Nyoman.Banjar mulai terbentuk tahun 1990. Sejak terbentuknya, tercatat sudah beberapa orang yang pernah menahkodai organisasi ini. Nyoman merupakan ketua yang ke sembilan.

 Banjar Hindu Kota Makassar memiliki struktur yang sebut tempek (sektor atau wilayah). Ada sembilan tempek di Makassar, yaitu Tempek Sudiang, Biringkanaya, Tamalanrea, Panaikang, Toddopuli, Pa'baeng-baeng, Cenderawasih, Hartaco, Gowa, dan Dipa. Tempek yang disebut terakhir dikhususkan bagi para umat Hindu etnis India. Fungsi Tempek tersebut sebagai koordinator kegiatan keagamaan Hindu pada wilayahnya masing-masing.

 Ia mengaku ikhlas menjalankan semua tugasnya karena orintasinya adalah Tuhan. "Tugas kami melayani umat yang berkaitan dengan upacara keagamaan. Juga melayani mereka dalam hal pernikahan dan kematian," tuturnya.

 Menurutnya, orang mati dalam kepercayaan orang Hindu harus dikremasi. "Di Makassar kita sudah memiliki krematorium (tempat pembakaran jenazah, red), yang ditempatkan di Pekuburan Pannara', Antang," jelas Nyoman.

Ia mengaku merasa sangat senang jika kegiatan keagamaan dapat dilaksanakan dengan lancar. Tetapi, di sisi lain ia mengaku memiliki tantangan yang besar, yaitu tingkat kesadaran sebagian umat Hindu masih sangat rendah. (zuk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar