Forum ini hanya kepingan kerikil dalam bantaran sungai yang luas. Tapi inspirasi kemudian selalu muncul untuk mengantar pada indahnya mencoba berpikir untuk orang lain.
Postingan Populer
-
TANGGA SERIBU. Salah satu tantangan bagi petualang gua adalah tangga seribu undakan yang harus dilewati sebelum akhirnya sampai di Gua Sum...
-
Dok.Fajar MAKASSAR--Universitas Fajar (Unifa) dan Harian Fajar menandatangani kesepakatan pengembangan entrepreneur di Sulsel. Utamanya ke...
-
Ikut Kontes Robot di Manado KELAK jika ada kebakaran, tak perlu lagi menggunakan mobil pemadam. Cukup ditangani robot. RIDWAN MARZUKI Tamala...
-
MAKASSAR--Kota Makassar memang identik dengan demonstrasi. Tiada hari tanpa demonstrasi yang mewarnai metropolitan ini. Mulai dari aksi deng...
-
CERIA. Anak-anak sekolah menggunakan hari libur untuk berenang dan bermain di kolam renang ini. Salah satu kegiatan positif bagi pelajar,...
-
Yus/Fajar MAKASSAR--Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas menggelar pameran fotografi keliling, Rabu, ...
-
Mengunjungi Objek Wisata Gua Leang Lonrong *Ada Kolam Khusus, Airnya Langsung dari Celah Batu LANSEKAP INDAH. Inilah pemandangan alam...
-
Yus.Fajar *Lewat Seni, Kembangkan Syiar Islam Kegiatan seni bernuansa islami kerap masih sulit menandingi even-even bertajuk pop dan mo...
-
MAKASSAR--Universitas Muslim Indonesia (UMI) menggelar zikir akbar dan doa untuk Palestina, Jumat, 11 Juni. Acara zikir akbar dan doa ini d ...
-
TwK/Fajar MAKASSAR--Setiap tahun, jumlah penderita penyakit human immunodeficiency virus (HIV)/acquired immune deficiency syndrome (AIDS) ...
KUMPULAN TULISAN
Minggu, 26 Juni 2016
Kopi, Senja, dan Kita
Kopi Hitam dan Dialog Senja
26 Juni 2014
Aku mulai menyeruput kopi hitam. Sesuatu yang tak biasa, namun mencoba adalah candu manusia.
Hari ini, aku membayangkan suatu hari, pada sepotong sore, ada dua cangkir kopi di depan kita. Kamu terlihat grogi di depanku sembari meniup uap panas kopi hitammu.
Aku sebenarnya bukanlah penikmat kopi yang setia duduk berhadapan cangkir setiap pagi atau petang. Namun sudahlah, kopi kerap menjadi bagian hidupku, terutama melukis makna-makna yang tak tertuang melalui bibir aneka bentuk manusia. Kopi, sejauh ini, menyimbolkan kehidupan, kebersamaan, dan cinta. Lalu, aku memulai ceritaku.
Kini aku menjadi penikmat, setidaknya sepekan sekali. Lalu imajinasiku berdialog. Aha, wajah serupa delima ranum, akan terlihat di hadapanku, tersipu lalu menatap langit berona jingga di senja itu. Moment lalu mempertemukan pandangan kita, sunset melukis keindahannya
Sementara serombongan camar bersorak di ujung kaki langit. Riuh, seriuh gemuruh perbincangan batin dua anak manusia yang terperangkap dalam labirin kehidupan.
Keduanya sesekali tersenyum lalu hening tiba-tiba. Riam ombak berbuih putih keemasan, memburu-buru cerita kita. Sepoi angin, menyeka wajah sang putri, menggerai rambut indah miliknya. Aku menikmatinya
Aroma air laut dan wangi kopi hitam, memenuhi ujung petang menuju temaram. Ruas jemari kita menyatu. Ahmm..., damai yang hampir sempurna, samar dan kian pasti senyummu. Lalu wajahmu perlahan menghilang raib bersama hembusan angin malam yang datang menyapa.
Senja menggenapkan cahayanya di sela-sela bahagia kita yang berlimpah-limpah. Transisi jingga ke keemasan rembulan, menambah-nambah riangnya rasa kita berdua. Tak hanya bibir kita berdialog, dua hati ini ikut bercengkrama, menyambung cerita yang kerap mengendap di ujung bibir, tak sempat terutarakan. Wajahmu kian memesonaku bersamaan cahaya bulan yang datang menyeka-nyekanya.
Kutetap menanti kopimu di suatu senja nanti, tak sekadar hadir dalam imajinasiku. Kuyakin surga telah menyiapkan bebakian di altar mahaluas. Kelak, kehidupan tentang kopi dan kenikmatannya, kita rasakan di situ. Ya, di kehidupan abadi. (*)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar