Pradaksina kepada Sang Buddha

TAWAKKAL/FAJAR
RITUAL. Jemaah Buddhis menggelar sembahyang pada peringatan Waisak, Jumat, 28 Mei.




OLEH RIDWAN-YUKEMI

MAKASSAR -- Sejak pagi kemarin, ribuan Buddhis memadati Jalan Sulawesi untuk merayakan Waisak yang jatuh tepat Jumat, 28 Mei. Meski sama-sama memperingati Waisak, tiga kelenteng di sepanjang Jalan Sulawesi punya cara yang berbeda.

Di Kelenteng Kwan-Kong, mulai pagi hari para pengurus menaikkan panji (bendera, red) Buddhis. Kemudian jemaah kelenteng melakukan tiga kali putaran searah jarum jam. Dimulai dari lantai satu hingga ke lantai lima. Mereka juga mengelilingi halaman kelenteng.

Ritual tersebut dinamakan pradaksina. Saat pradaksina, jemaah memberikan puji-pujian akan kebesaran Buddha sebagai guru dan pelindung umat.
"Pradaksina kita lakukan sebagai penghormatan kepada Buddha dengan mengelilingi tempat suci sambil berdoa," kata Wakil Ketua DPD Walubi Sulsel, Pdt Hasdy.

Setelah pradaksina, kemudian dilanjutkan dengan upacara ritual pujabakti dipimpin Biksu Appamatto. "Di sini kami sama-sama berdoa dan sembahyang kemudian mendengarkan ceramah dari Biksu Appamatto," lanjut Hasdy.
Di lantai satu Kelenteng Kwan-Kong, jemaah memenuhi ruang untuk membakar dupa dan lilin.

Hal serupa juga dilakukan jemaah Kelenteng Xian Ma. Kesibukan membakar dupa dan lilin terekam di lantai satu. Perayaan berpusat di lantai lima kelenteng Xian Ma. Pengurus, tim sembahyang, dan ratusan Buddhis melakukan ritual pemandian patung Buddha.

"Siapapun bisa memandikan patung Budha. Hal tersebut kita lakukan sebagai proses penyucian diri," ucap Ketua Panitia Hari Waisak Kelenteng Xian Ma, Ichwan Njiolah.

Di Vihara Ibu Agung Bahari, kesibukan terlihat sejak pukul tujuh hingga sepuluh. Seluruh umat mengikuti ritual tersebut. Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga ikut berdoa. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspadai Pakai Emo, Ini Fungsinya Masing-masing

Berlibur di Kolam Renang PT Semen Tonasa

Sumpang Bita, Wisata Sejarah nan Menakjubkan