***/FAJAR
DISTRO DAENG. Den Dede dengan beberapa kaus desainnya yang bisa diperoleh di Distro Daeng, Jalan Sungai Saddang Baru, Minggu, 16 Mei.
*Cermin Sukses Den Dede
Promosi Budaya Lokal di Selembar Kaus
PROMOSI budaya lokal tidak perlu ke luar negeri. Distro Daeng lebih memahami masalah ini.
Laporan RIDWAN MARZUKI
Sungai Saddang
DISTRO ini baru sebulan sejak soft opening April lalu. Pemiliknya bernama Den Dede. Walau umurnya sudah 41 tahun, tetapi penampilannya masih seperti pemuda usia 20-an tahun. Dialah perancang sekaligus pendiri Distro Daeng.
Den Dede tidak membayangkan kelak memiliki sebuah distro. Maklum, dulunya dia hanya seorang karyawan di sebuah percetakan advertising. Setiap hari ia bekerja membuat desain grafis di percetakan tersebut sesuai dengan pesanan pelanggan. Hingga suatu hari ide untuk mendirikan distro itu pun muncul.
Dari hasil bekerja sebagai grafis designer ditambah bantuan dari beberapa temannya, akhirnya ia memutuskan untuk mendirikan Distro Daeng. Distro yang hanya mengembangkan desain-desain lokal, utamanya pariwisata di Sulsel. Makanya jangan heran jika desainnya didominasi oleh nuansa Makassar dan Sulsel pada umumnya.
Den Dede melihat peluang dari menjamurnya usaha distro. Bukan latah, kata dia, tetapi mengambil sisi lain dari usaha ini. Ia melihat bisnis distro yang ada saat ini sudah mulai menjenuhkan masyarakat. Di samping konsepnya yang hampir mirip, desainnya juga sudah mulai tidak terlalu inovatif. Distro tidak lain adalah sebuah toko pakaian.
"Sejak 2009 saya mulai merintis dan menggarap distro. Itu karena melihat pasar distro yang mulai jenuh padahal masih diminati," tutur dia, Minggu, 16 Mei.
Menurut dia, desain-desain distro yang ada saat ini terkesan konvesional. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara distro yang satu dengan yang lainnya. Sehingga ide untuk mengangkat lokalitas Makassar pun muncul. Tentunya ide itu bermula dari hasil observasinya terhadap variasi desain di distro-distro di metropolitan ini.
Walaupun baru, tetapi Daeng terbilang cepat mengalami perkembangan. Jika awal bukanya hanya beberapa lembar yang laku setiap harinya, sekarang hal itu telah berubah. Menurut Den Dede, hampir setiap hari jualannya laris melewati angka 30 lembar kaus.
Ini tak lepas dari upayanya memperkenalkan Daeng ke mana-mana. Salah satunya, menggelar pameran di Hotel Sahid Jaya Makassar, 13-16 Mei. "Penjualannya naik dua kali lipat," beber dia.
Den Dede mengungkapkan, arah pembeli saat ini cenderung ke desain yang bertema lokal. Oleh karena itu, sepenuhnya ia memproyeksikan desainnya dalam bentuk desain bermuatan lokal konteks Makassar. Hanya saja, saat ini, Daeng hanya menyediakan kaus khusus dewasa. Tetapi ke depan, lanjutnya, ia akan memproduksi juga kaus untuk anak-anak. Termasuk memproduksi pakaian sport.
Den Dede memang pantas mengandalkan desainnya. Hal itu karena ia memiliki kemampuan spesial dalam hal desain grafis. Sejak kecil bakatnya dalam membuat grafis sudah muncul. Ia piawai membuat gambar kartun dan desain grafis lainnya. Walaupun dia sendiri tidak pernah secara formal belajar menjadi kartunis. Hanya berlatih dan terus berlatih. Hal itu yang terus dilakukan Den Dede kecil saat itu.
Memang, untuk tahap awal karena usia Daeng masih baru, desainnya didominasi unsur lokalitas Makassar. Seperti citra Sultan Hasanuddin, badik, coto, pisang epe, paraga, Pantai Losari, Fort Roterdam, dan lainnya. Tetapi ke depan, terang Den Dede, akan memperluas desainnya untuk skala Sulsel secara umum. Maksudnya akan mengembangkan budaya identitas lokal daerah-daerah yang ada di Sulsel ini.
Satu hal yang spesial dari Daeng adalah produksi satu desain yang dibatasi. Untuk setiap desainnya yang dibuat, ia hanya memproduksinya tebatas 30 lembar alias limited edition. Alasannya, untuk mengurangi desain sama dipakai oleh banyak orang. Di samping itu, hal itu juga dimaksudkan agar membuat pembeli untuk selalu datang mennyaksikan desain terbaru. Karena kalau terlambat, desain yang diminati bisa sudah habis. Jika sudah begitu, Daeng tidak akan memproduksi dua kali desain yang sama.
Den Dede bersyukur bakat desain yang dia miliki. Karena kemampuannya itulah sehingga mengantarkannya menjadi seorang kartunis yang diakui tidak saja di Sulsel tetapi di Indonesia. Waktu masih muda, tercatat beberapa kali ia menjuarai lomba membuat kartun tingkat nasional. Di antaranya, Juara I Lomba Karikatur Kekar tahun 1990 dan Juara I Lomba Karikatur HUT Bhayangkara Polri, 1992, serta sederet prestasi lainnya.
Makanya hingga kini namanya masih terdaftar sebagai salah anggota Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti). Yaitu organisasi perkumpulan para kartunis khususnya yang ada di Indonesia. Selain itu, ia juga masih menjadi bagian dari organisasi paguyuban kartunis lokal, yaitu Karaeng. Karaeng ini singkatan Katrunis Kota Daeng.
Saat ini Den Dede telah memiliki seorang istri dan tiga anak. Masing-masing anaknya bernama Bara, 8, Cita, 4, dan Abid, 2. Ia juga telah memilki tiga orang karyawan. Ketiga karyawannya inilah yang sehari-hari membantunya menjalankan bisnis distronya. (*)
DISTRO DAENG. Den Dede dengan beberapa kaus desainnya yang bisa diperoleh di Distro Daeng, Jalan Sungai Saddang Baru, Minggu, 16 Mei.
*Cermin Sukses Den Dede
Promosi Budaya Lokal di Selembar Kaus
PROMOSI budaya lokal tidak perlu ke luar negeri. Distro Daeng lebih memahami masalah ini.
Laporan RIDWAN MARZUKI
Sungai Saddang
DISTRO ini baru sebulan sejak soft opening April lalu. Pemiliknya bernama Den Dede. Walau umurnya sudah 41 tahun, tetapi penampilannya masih seperti pemuda usia 20-an tahun. Dialah perancang sekaligus pendiri Distro Daeng.
Den Dede tidak membayangkan kelak memiliki sebuah distro. Maklum, dulunya dia hanya seorang karyawan di sebuah percetakan advertising. Setiap hari ia bekerja membuat desain grafis di percetakan tersebut sesuai dengan pesanan pelanggan. Hingga suatu hari ide untuk mendirikan distro itu pun muncul.
Dari hasil bekerja sebagai grafis designer ditambah bantuan dari beberapa temannya, akhirnya ia memutuskan untuk mendirikan Distro Daeng. Distro yang hanya mengembangkan desain-desain lokal, utamanya pariwisata di Sulsel. Makanya jangan heran jika desainnya didominasi oleh nuansa Makassar dan Sulsel pada umumnya.
Den Dede melihat peluang dari menjamurnya usaha distro. Bukan latah, kata dia, tetapi mengambil sisi lain dari usaha ini. Ia melihat bisnis distro yang ada saat ini sudah mulai menjenuhkan masyarakat. Di samping konsepnya yang hampir mirip, desainnya juga sudah mulai tidak terlalu inovatif. Distro tidak lain adalah sebuah toko pakaian.
"Sejak 2009 saya mulai merintis dan menggarap distro. Itu karena melihat pasar distro yang mulai jenuh padahal masih diminati," tutur dia, Minggu, 16 Mei.
Menurut dia, desain-desain distro yang ada saat ini terkesan konvesional. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara distro yang satu dengan yang lainnya. Sehingga ide untuk mengangkat lokalitas Makassar pun muncul. Tentunya ide itu bermula dari hasil observasinya terhadap variasi desain di distro-distro di metropolitan ini.
Walaupun baru, tetapi Daeng terbilang cepat mengalami perkembangan. Jika awal bukanya hanya beberapa lembar yang laku setiap harinya, sekarang hal itu telah berubah. Menurut Den Dede, hampir setiap hari jualannya laris melewati angka 30 lembar kaus.
Ini tak lepas dari upayanya memperkenalkan Daeng ke mana-mana. Salah satunya, menggelar pameran di Hotel Sahid Jaya Makassar, 13-16 Mei. "Penjualannya naik dua kali lipat," beber dia.
Den Dede mengungkapkan, arah pembeli saat ini cenderung ke desain yang bertema lokal. Oleh karena itu, sepenuhnya ia memproyeksikan desainnya dalam bentuk desain bermuatan lokal konteks Makassar. Hanya saja, saat ini, Daeng hanya menyediakan kaus khusus dewasa. Tetapi ke depan, lanjutnya, ia akan memproduksi juga kaus untuk anak-anak. Termasuk memproduksi pakaian sport.
Den Dede memang pantas mengandalkan desainnya. Hal itu karena ia memiliki kemampuan spesial dalam hal desain grafis. Sejak kecil bakatnya dalam membuat grafis sudah muncul. Ia piawai membuat gambar kartun dan desain grafis lainnya. Walaupun dia sendiri tidak pernah secara formal belajar menjadi kartunis. Hanya berlatih dan terus berlatih. Hal itu yang terus dilakukan Den Dede kecil saat itu.
Memang, untuk tahap awal karena usia Daeng masih baru, desainnya didominasi unsur lokalitas Makassar. Seperti citra Sultan Hasanuddin, badik, coto, pisang epe, paraga, Pantai Losari, Fort Roterdam, dan lainnya. Tetapi ke depan, terang Den Dede, akan memperluas desainnya untuk skala Sulsel secara umum. Maksudnya akan mengembangkan budaya identitas lokal daerah-daerah yang ada di Sulsel ini.
Satu hal yang spesial dari Daeng adalah produksi satu desain yang dibatasi. Untuk setiap desainnya yang dibuat, ia hanya memproduksinya tebatas 30 lembar alias limited edition. Alasannya, untuk mengurangi desain sama dipakai oleh banyak orang. Di samping itu, hal itu juga dimaksudkan agar membuat pembeli untuk selalu datang mennyaksikan desain terbaru. Karena kalau terlambat, desain yang diminati bisa sudah habis. Jika sudah begitu, Daeng tidak akan memproduksi dua kali desain yang sama.
Den Dede bersyukur bakat desain yang dia miliki. Karena kemampuannya itulah sehingga mengantarkannya menjadi seorang kartunis yang diakui tidak saja di Sulsel tetapi di Indonesia. Waktu masih muda, tercatat beberapa kali ia menjuarai lomba membuat kartun tingkat nasional. Di antaranya, Juara I Lomba Karikatur Kekar tahun 1990 dan Juara I Lomba Karikatur HUT Bhayangkara Polri, 1992, serta sederet prestasi lainnya.
Makanya hingga kini namanya masih terdaftar sebagai salah anggota Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti). Yaitu organisasi perkumpulan para kartunis khususnya yang ada di Indonesia. Selain itu, ia juga masih menjadi bagian dari organisasi paguyuban kartunis lokal, yaitu Karaeng. Karaeng ini singkatan Katrunis Kota Daeng.
Saat ini Den Dede telah memiliki seorang istri dan tiga anak. Masing-masing anaknya bernama Bara, 8, Cita, 4, dan Abid, 2. Ia juga telah memilki tiga orang karyawan. Ketiga karyawannya inilah yang sehari-hari membantunya menjalankan bisnis distronya. (*)
FB atau TWITTER ada g' ?
BalasHapusDistro Daeng sekarang buka di mana?? soalnya yg Di jlana Sungai sadang baru itu sudah tutup,.. trus,, apa bisa saya minta no kontak Den Dede??? trimakasih.....
BalasHapusmaaf mas ada linknya ini distro daeng????
BalasHapusmaaf mas ada linknya ini distro daeng di kita'??
BalasHapusdekat mana ini distronya bos..... boulevard bagian mana ini
BalasHapusgerainya tepatnya di mana bos..... boulevard bagian mana?
BalasHapusada no hpnya bos
BalasHapustepatnya dimana alamatnya? boulevard dekat mana ini bos
BalasHapus