Pengidap HIV/AIDS Sulsel Tembus Angka 3.000
TwK/Fajar
MAKASSAR--Setiap tahun, jumlah penderita penyakit human immunodeficiency virus (HIV)/acquired immune deficiency syndrome (AIDS) terus bertambah. Pertambahannya pun dinilai cukup signifikan.
Data per Desember 2009, di Sulsel, jumlah pengidap HIV/AIDS mencapai 3.108 kasus. Menurut Kepala Biro Napza dan HIV/AIDS Pemprov Sulsel, Dr dr Dwi Joko Purnomo MPh, jumlah tersebut belum termasuk Januari hingga Mei tahun ini. Diperkirakan, jumlah tersebut akan semakin bertambah karena laju penualaran penyakit ini begitu cepat.
Hal tersebut dikemukakan Joko pada acara Malam Renungan AIDS Internasional ke-27 atau 27-th International AIDS Candlelight Memorial, di Benteng Rotterdam, Senin malam, 17 Mei. Acara ini digelar oleh para aktivis yang peduli pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA), seperti Makassar Harm Reduction Community (MHaRC), Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya (YPKDS), dan Yayasan Gaya Celebes (YGC).
Angka 3.108, kata Joko, berdasarkan yang jumlah terdata. Yang tidak terdata, disinyalir lebih besar dan jumlahnya berkali lipat dari data yang ada. Diperkirakan, jumlah pengidap HIV/AIDS di Sulsel, mencapai sepuluh kali lipat jumlah yang terdata. "Jumlah 3.108, itu baru yang tercatat. Masih banyak yang tidak tercatat. Estimasinya, sekitar empat hingga sepuluh kali lipat," ungkap dia.
Kasus HIV/AIDS ini, imbuh dia, ibarat gunung es. Jumlah yang muncul hanya yang terdata saja. Sementara sebagian besar lainnya belum diketahui alias belum terdata. Proses penyebarannya banyak melalui hubungan seks. Apalagi katanya, di Sulsel ini, sekurang-kurangnya terdapat 2.000-an wanita tuna susila (WTS). Jika satu orang WTS melayani empat orang perhari, maka ditaksir transaksi seks perhari mencapai 8.000-an kasus. Dari total 8.000-an itu, tidak menutup kemungkinan terdapat empat atau lima orang yang menggunakan jasa WTS tersebut, merupakan pengidap HIV/AIDS.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau ntuk secara sadar bersama-sama mengurangi bertambahnya jumlah penderita HIV/AIDS. "Program penanggulangan HIV/AIDS ini termasuk salah satu poin dalam Millennium Development Goals (MDGs). HIV/AIDS masuk dalam goals ke enam," terang Joko.
Kini, Sulsel telah memiliki peraturan daerah (Perda) tentang HIV/AIDS. Yaitu, Perda Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS. Dalam Perda tersebut, terang Joko, di antaranya mengatur tentang penderita HIV/AIDS. Seperti mewajibkan seluruh rumah sakit untuk melayani pengidap HIV/AIDS. "Jika ada rumah sakit yang menolak, hubungi saya," tegas dia.
Demikian pula jika ada perempuan pengidap HIV/AIDS hamil, agar segera melaporkan kehamilannya. Tujuannya, agar pemerintah melaukakan langkah penyelamatan terhadap anak tersebut supaya tidak tertulari HIV/AIDS dari ibunya. Demikian juga anak yatim yang orang tuanya meninggal, Pemprov Sulsel akan menyediakan anggaran pendidikan bagi mereka.
Panitia pelaksana malam renungan AIDS, Sitti Salma mengungkapkan, kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi penyadaran kepada masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS. "Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk mengenang pengidap HIV/AIDS yang sudah meninggal. Sebaliknya memberi semangat kepada yang masih hidup," terangnya.
Acara malam renungan AIDS ini menampilkan berbagai atraksi kesenian. Seperti persembahan seni sinrili oleh putra almarhum Sirajuddin Daeng Bantang, Awar bersama Indah. Pembakaran seribu lilin. Penampilan musik dan lagu, puisi, teaterikal, dan musikalisasi puisi. Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan, seperti pelajar, mahasiswa, dan LSM HIV/AIDS. (zuk)
MAKASSAR--Setiap tahun, jumlah penderita penyakit human immunodeficiency virus (HIV)/acquired immune deficiency syndrome (AIDS) terus bertambah. Pertambahannya pun dinilai cukup signifikan.
Data per Desember 2009, di Sulsel, jumlah pengidap HIV/AIDS mencapai 3.108 kasus. Menurut Kepala Biro Napza dan HIV/AIDS Pemprov Sulsel, Dr dr Dwi Joko Purnomo MPh, jumlah tersebut belum termasuk Januari hingga Mei tahun ini. Diperkirakan, jumlah tersebut akan semakin bertambah karena laju penualaran penyakit ini begitu cepat.
Hal tersebut dikemukakan Joko pada acara Malam Renungan AIDS Internasional ke-27 atau 27-th International AIDS Candlelight Memorial, di Benteng Rotterdam, Senin malam, 17 Mei. Acara ini digelar oleh para aktivis yang peduli pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA), seperti Makassar Harm Reduction Community (MHaRC), Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya (YPKDS), dan Yayasan Gaya Celebes (YGC).
Angka 3.108, kata Joko, berdasarkan yang jumlah terdata. Yang tidak terdata, disinyalir lebih besar dan jumlahnya berkali lipat dari data yang ada. Diperkirakan, jumlah pengidap HIV/AIDS di Sulsel, mencapai sepuluh kali lipat jumlah yang terdata. "Jumlah 3.108, itu baru yang tercatat. Masih banyak yang tidak tercatat. Estimasinya, sekitar empat hingga sepuluh kali lipat," ungkap dia.
Kasus HIV/AIDS ini, imbuh dia, ibarat gunung es. Jumlah yang muncul hanya yang terdata saja. Sementara sebagian besar lainnya belum diketahui alias belum terdata. Proses penyebarannya banyak melalui hubungan seks. Apalagi katanya, di Sulsel ini, sekurang-kurangnya terdapat 2.000-an wanita tuna susila (WTS). Jika satu orang WTS melayani empat orang perhari, maka ditaksir transaksi seks perhari mencapai 8.000-an kasus. Dari total 8.000-an itu, tidak menutup kemungkinan terdapat empat atau lima orang yang menggunakan jasa WTS tersebut, merupakan pengidap HIV/AIDS.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau ntuk secara sadar bersama-sama mengurangi bertambahnya jumlah penderita HIV/AIDS. "Program penanggulangan HIV/AIDS ini termasuk salah satu poin dalam Millennium Development Goals (MDGs). HIV/AIDS masuk dalam goals ke enam," terang Joko.
Kini, Sulsel telah memiliki peraturan daerah (Perda) tentang HIV/AIDS. Yaitu, Perda Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS. Dalam Perda tersebut, terang Joko, di antaranya mengatur tentang penderita HIV/AIDS. Seperti mewajibkan seluruh rumah sakit untuk melayani pengidap HIV/AIDS. "Jika ada rumah sakit yang menolak, hubungi saya," tegas dia.
Demikian pula jika ada perempuan pengidap HIV/AIDS hamil, agar segera melaporkan kehamilannya. Tujuannya, agar pemerintah melaukakan langkah penyelamatan terhadap anak tersebut supaya tidak tertulari HIV/AIDS dari ibunya. Demikian juga anak yatim yang orang tuanya meninggal, Pemprov Sulsel akan menyediakan anggaran pendidikan bagi mereka.
Panitia pelaksana malam renungan AIDS, Sitti Salma mengungkapkan, kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi penyadaran kepada masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS. "Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk mengenang pengidap HIV/AIDS yang sudah meninggal. Sebaliknya memberi semangat kepada yang masih hidup," terangnya.
Acara malam renungan AIDS ini menampilkan berbagai atraksi kesenian. Seperti persembahan seni sinrili oleh putra almarhum Sirajuddin Daeng Bantang, Awar bersama Indah. Pembakaran seribu lilin. Penampilan musik dan lagu, puisi, teaterikal, dan musikalisasi puisi. Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan, seperti pelajar, mahasiswa, dan LSM HIV/AIDS. (zuk)
Komentar
Posting Komentar