Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Puisi: Gubuk, Rindu, dan Asa

Gambar
Description Image: Z Pratiwi Buih-buih Senja Langkah menderap-derap di kampung balu Sampirannya deretan bunga lau Akasia tertenggeri benalu Rasa pun merisau Hendak tak peduli dan abai Pada kisah sekelumit hati Nun, jauh di negeri peri Yang kesadarannya tetap terkini Duhai, Hidup serupa ablaut Serumit perubahan ozon langit A, S, F, V, Z, Y, T... Tak digit Tetapi asa selalu melangit Untuk apa terus memeram Siluet sore menjanji hangat Pada mereka para pengharap damai Serupa riam penuh riang Menyongsong buih tersasar pantai Wahai, Telah dua tombak waktu berlalu Masih saja kau tersipu Diam, dingin, bersedu Tak cukupkah dadu kamu lontarkan Hitunglah, berapa kemujuran masa Sebab, bila waktu menggugat balik Manusia kerap berpura-pura ablepsia Bangkitlah, kawan! Bangun dari tengkurap takutmu Di depan sana Ada gubuk menantimu Habiskan senjamu di situ Parafin akan menjemputmu Bersama kumpulan bara hangat Berdianglah dalam sepoi penuh nikmat (***)...

BERBAUR ISYARAT

Gambar
UNTUKMU, HENING....., Kepada hening yang menyublim Yang beku oleh embun Lisan terkelu belenggu Hanya isyarat hati Sekiranya engkau bisa menerawang Lihatlah, betapa elok dan hebatnya Mendiami rindu yang tak ribut Namun bergemuruh dalam rasa Tak juakah engkau mengerti Per-amsal-an bebuliran padi Benih-benihnya menjadi subur Tak berbilang, beranak pinak Mestikah seluruh tanda Memaksa labial yang secorong kecil itu Melantangkan nama terseruak kala Sungguh, rindu itu berdilema Dan ketika pijar tak lagi indah Masih ada sejuk yang dijanjikan pagi Seumpama perdu gersang setahun Salam sapamu adalah kehidupan (***) Makassar, 6-8-1016 Pukul 05.25 Waktu Hati Ini ^_^

Menanti Juli, Merindu Januari

Gambar
JANUARI ENAM bulan berlalu meninggalkan Januari. Aku rindu seluruh sisi dan rekam jejaknya. Sebab engkau tahu, tak akan pernah ada sendu pada musim hujan yang selalu datang Januari. Januari selalu datang dengan wajahnya yang paling anggun. Semilir udara fajar berbarengan dengan cahaya jingga di langit timur, memberi asa yang meletup-letup: tentang rindu, hasrat yang memburu, kesepian, kehangatan, dan tarian rasa yang menjelma erotis di atas singgasana mahaindah. Rerintik hujan mengerling nakal menyaksikan keceriaan pecinta yang menapak rindu di atasnya. Lalu tibalah seluruh kalimat terbelenggu oleh maharasa yang tak pernah terjelaskan. Ombak lalu menari, menghempaskan diri di bibir pantai. Lalu meliuk lihai, kembali bergabung dengan samudera luas. Pada Juli, Januari akan tetap indah dan sejuk. Ia tak pernah membenci zaman atau bulan-bulan berlalu: sekeras atau selembut apapun hujan datang menderanya. Wajah ayunya selalu membawa pesan rindu menyembunyikan galau yang kerap m...

Kopi, Senja, dan Kita

Gambar
Kopi Hitam dan Dialog Senja 26 Juni 2014 Aku mulai menyeruput kopi hitam. Sesuatu yang tak biasa, namun mencoba adalah candu manusia. Hari ini, aku membayangkan suatu hari, pada sepotong sore, ada dua cangkir kopi di depan kita. Kamu terlihat grogi di depanku sembari meniup uap panas kopi hitammu. Aku sebenarnya bukanlah penikmat kopi yang setia duduk berhadapan cangkir setiap pagi atau petang. Namun sudahlah, kopi kerap menjadi bagian hidupku, terutama melukis makna-makna yang tak tertuang melalui bibir aneka bentuk manusia. Kopi, sejauh ini, menyimbolkan kehidupan, kebersamaan, dan cinta. Lalu, aku memulai ceritaku. Kini aku menjadi penikmat, setidaknya sepekan sekali. Lalu imajinasiku berdialog. Aha, wajah serupa delima ranum, akan terlihat di hadapanku, tersipu lalu menatap langit berona jingga di senja itu. Moment lalu mempertemukan pandangan kita, sunset melukis keindahannya Sementara serombongan camar bersorak di ujung kaki langit. Riuh, seriuh gemuruh perbincan...

BERHENTILAH MEMBELA TUHAN

Gambar
EFEK KONFLIK. Inilah salah satu korban bom di Turk, 17 Februari 2016 lalu. Intoleransi mahzab mengakibatkan umat Islam saling bunuh. Kita beruntung di Indonesia, toleransi masih kuat sehingga tetap kuat. (AFP PHOTO) Tuhan Tak Perlu Dibela Tulisan ini merupakan argumentasi di sebuah kelompok diskusi milik HMI (MPO) tentang Syiah dan non Syiah. Ada kawan yang kebencian terhadap Syiah-nya sangat  besar. Menurutku, kawan ini belum pernah dengar sejarah penggunaan kata "himpunan". HMI tidak menggunakan kata "ikatan", "front", dll, karena memang HMI sifatnya hanya menghimpun. HMI menghimpun mahasiswa Islam yang bercerai-berai, berserakan, dan kubu-kubuan karena keyakinan. HMI percaya bahwa Islam adalah agama nilai, tidak sekadar agama ritual (salat, puasa, haji, dll). Islam sebagai nilai, sifatnya lebih universal, umum, dan berlaku untuk semua dalam arti kemanfaatannya. HMI ingin mengukuhkan himpunan orang muda intelektual Islam memperjuangkan nilai,...

PUISI: KESUCIAN RINDU

Gambar
KESUCIAN RINDU Agak sulit menghadirkan Cahaya hangat pada larut pekat Di himpitan sesak yang bernama rindu Andai bisa, ingin kupintal saja Kumasukkan dalam kelim kain Ini malam ke-7 Seluruh angan datang melabuh Di dermaga hati serupa tempat para buruh Mereka menaruh harap berpeluh-peluh Hingga nyaris lupa waktu subuh Malam ini benar-benar hening Hampa tanpa sejuk sapa mesramu Terkadang riuh gemuruh Saat semua menumpah resah Ini Ramadan ke-7 Aku tak hendak mengeluh Tak juga kehilangan ruh Namun ini tentangmu, cinta menumbuh Terus-menerus hingga melupuh Aku tak peduli ruang dan jarak Hatiku berisi tumpukan bayang Membisik sepanjang waktu Mesra, dekat, mendekap Aku merindumu ****

Puisi: Epik Tak Tuntas

Gambar
EPIK TAK TUNTAS Mungkin diam adalah kawan Kala berseteru dalam kesenyapan Sua yang tak pernah nyata Di labirin rindu nan menyiksa Kita, sebenarnya, tidak sedang merenung Serupa bulan malam pertama Berdendang lirih lembut menggaung Usai merihat, muncul dengan wajah ceria Namun tidak! Wajah-wajah letih merangkak laun Menyusuri ilalang setengah basah di kebun Penyaksi gadis pemintal dirayu pembayun Merintih, lalu elegi mengalun Kita adalah epik tak tuntas Cerita yang tertunda waktu "Nihilkan ruang," katamu Sebab angkasa menanti kita saling mendaras Barangkali itu antitesismu Tentang ruang semu nan hambar Di sebuah istana putri pemalu Mungkinkah itu nilai tawar? (***) Malam di redaksi, 01.25 Wita

Puisi: LIPATAN RINDU

Gambar
LIPATAN RINDU Senja belum usai Jika kamu mencariku, aku di sini Di seberang rindu Meringkuk sepi Aku ada di lipatan temaram bernama masa lalu Tak pernah bisa bebas Sebab auramu serupa bumbu Menjadi candu sepanjang waktu Aku merasa nyaman dihinggapi Kerinduan yang tak pernah tumpul Terus-menerus bergumul Dalam hasrat yang selalu membadai Resah hanya musuh lampau Belatung segagah apapun, tetaplah seram Cukup diam, menantimu Di sini, di ujung kehampaan malam (***) ‎

MENGHINDARI SAMBARAN PETIR

Gambar
MEMATIKAN. Petir bisa menyambar apa saja yang ada di sekelilignya, termasuk manusia. Hindari berada di daerah lapang sendirian. MENGHINDARI SAMBARAN PETIR SERING kali kita membaca atau menonton berita tentang seseorang atau sekelompok orang yang tewas tersambar petir. Itu memang fakta. Petir kerap menyambar manusia. Namun sebetulnya, kecelakaan naas itu bisa dihindari. Berikut beberapa tips yang dapat kita lakukan untuk menghindari sambaran petir. 1. Jika Anda melihat kilat atau mendengar geledak guruh, segeralah menuju bangunan yang telah dilindungi dengan penangkal petir atau mendekatlah ke mobil atau truk, 2.Pakailah sepatu kulit atau karet yang tidak bocor, usahakan untuk memakai kaus kaki kering sebagai upaya pemisah tubuh kita dari tanah sehingga petir enggan melalui tubuh kita, 3.Jika Anda berada di luar rumah hindari area terbuka, tempat ketinggian, berada di lokasi yang berair,di bawah pohon yang  tinggi dan benda logam yang menjulang tinggi, 4.Jika tempa...

Puisi: PIPIT BELANTARA

Gambar
PIPIT BELANTARA Tak ada yang bisa menyerupai Kepak sayapmu yang lembut Indah bak berukir Kuat, mengempas, bahkan badai sekalipun Kamu pernah terbui Bukan terbuai Sangat lama itu terjadi Lalu masihkah kamu berpatri? Terbang, terbang, terbanglah.... Biarkan mereka melihatmu basah Hujan adalah intro pelawan gelisah Dan kamu telah melaluinya semringah Sangkar bukan lagi tempatmu Mayapada menantimu berkicau Menyanyi, walau suaramu ceracau Di lain waktu akan memukau Lihat, lihat, lihatlah.... Diameter langit menyuguhi gerhana merah Mirip wajahmu yang tak pernah gerah Di segala situasi selalu indah Duhai, kamu... Pipit senjaku Tanpa bui, kamu itu kebebasan tak baku Melanglang, enggan berpaku Kau tak 'kan lelah menopang malu beku **** Kehidupan memberimu arti Tentang pertentangan logika dan rasa Tetang komitmen dan ketidakpastian Tentang kesungguhan dan kepura-puraan Telah kamu saksikan Seluruh alam memujimu semu Mungkin ada yang abadi Tapi seka...

Miris, Inilah Kisah Perjuangan Guru di Pulau Terpencil (2-Selesai)

Gambar
Tiga Kali Ganti Mesin Perahu, Pemerintah Terkesan Acuh KENDATI tak mendapatkan support dari pemerintah, para  guru  ini tak pernah patah arang. Mereka patungan membeli perahu. RIDWAN MARZUKI Pangkep CERITA tentang  guru   apung  ini memang memiriskan. Pengabdian mereka untuk dunia pendidikan, khususnya untuk wilayah pesisir dan kepulauan, tak dihargai sepadan oleh pemerintah. Setiap kali mesin perahu mereka rusak, para  guru  ini harus berkongsi atau patungan uang untuk membeli mesin baru. Perahu jolloro yang mereka pakai dari Pangkajene ke Pulau Pandang Lau, ini sudah dua kali berganti nama. Dulu, mereka menamainya Ayu Tinting saat penyanyi Ayu Tingting mulai naik daun dengan lagu Alamat Palsu-nya. Belakangan baru diganti lagi menjadi Gunung Jati saat diservis dan catnya diperbaharui.  Perahu ini juga sudah tiga kali ganti mesin dengan tetap menggunakan badan perahu sebelumnya. Anggaran pembelian mesin bari didapatkan ...

Miris, Inilah Kisah Perjuangan Guru di Pulau Terpencil (1)

Gambar
Gunakan Perahu Usang, Setiap Hari Menantang Maut Dedikasi butuh perjuangan, bahkan nyawa pun dipertaruhkan. Inilah risiko yang dihadapi 11 guru  di Pulau Pandang Lau, Pangkep. RIDWAN MARZUKI  Pangkep Dermaga Parang-parang di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep, masih sepi. Beberapa perahu terlihat masih tertambat. Di antara perahu itu, ada satu perahu yang tampak sangat usang. Mulai lapuk.  Catnya sudah pudar. Awalnya kuning, kini berubah menjadi warga krem. Badan perahu yang terbuat dari kayu berkualitas rendah itu sudah berlubang di beberapa sisi. Bentuknya tak lagi utuh. Kayu-kayu dinding perahu sudah lapuk dan keropos. Banyak bagian yang telah patah. Perahu ini berjenis jolloro , perahu tradisional yang banyak digunakan nelayan Sulsel. Jolloro yang diberi nama Gunung Jati inilah yang digunakan para  guru  yang mengajar di SDN 57 Pulau Pandang Lau. Ada 11  guru  yang mengajar di sekolah itu. Pandang Lau merupakan nama pe...