Forum ini hanya kepingan kerikil dalam bantaran sungai yang luas. Tapi inspirasi kemudian selalu muncul untuk mengantar pada indahnya mencoba berpikir untuk orang lain.
Postingan Populer
-
*Akan Dibangun Mirip Klenteng Usianya sudah 250 tahun. Tercatat sebagai salah satu masjid tertua di Sulsel selain Masjid Katangka di Sun...
-
Eksotisme di Ujung Takalar TELUK Laikang kini telah berubah. Dulu hanya kawasan pesisir yang kumuh, kini diubah menjadi area wisata eks...
-
TANGGA SERIBU. Salah satu tantangan bagi petualang gua adalah tangga seribu undakan yang harus dilewati sebelum akhirnya sampai di Gua Sum...
-
Foto: Iman/Fajar As'adiyah, Wajo di Tengah Covid-19 Santri dan santriwatinya datang dari berbagai daerah. Menjadi peletak pendi...
-
TAWAKKAL/FAJAR RITUAL. Jemaah Buddhis menggelar sembahyang pada peringatan Waisak, Jumat, 28 Mei. OLEH RIDWAN-YUKEMI MAKASSAR -- Sej...
-
Sejarah Panjang LAHIR dan berdirinya pesantren di Sulsel, memiliki sejarah tersendiri. Dari sejumlah pesantren pelopor, mereka memiliki ke...
-
Dok/FAJAR UNJUK DIRI. Salah satu peserta unjuk kebolehan pada Slalom Competition di Car Park Trans Studio, Minggu, 2 Mei, MAKASSAR -- K...
-
Pemkot Banyak Abaikan Aturan Daerah MAKASSAR--Pemerintah Kota Makassar dinilai banyak mengabaikan aturan daerah baik yang dibuat oleh dewan,...
-
MAKASSAR--Ratusan pengunjuk rasa melakukan aksi di DPRD Provinsi Sulsel, Senin, 15 Maret. Mereka berasal dari Serikat Rakyat Miskin Indonesi...
-
TRCI Touring 2.028 Km MAKASSAR--Merayakan anniversary tiga chapter Toyota Rush Club Indonesia (TRCI) se-Sulawesi, agenda perayaan telah...
KUMPULAN TULISAN
Jumat, 05 Februari 2016
Puisi: PIPIT BELANTARA
PIPIT BELANTARA
Tak ada yang bisa menyerupai
Kepak sayapmu yang lembut
Indah bak berukir
Kuat, mengempas, bahkan badai sekalipun
Kamu pernah terbui
Bukan terbuai
Sangat lama itu terjadi
Lalu masihkah kamu berpatri?
Terbang, terbang, terbanglah....
Biarkan mereka melihatmu basah
Hujan adalah intro pelawan gelisah
Dan kamu telah melaluinya semringah
Sangkar bukan lagi tempatmu
Mayapada menantimu berkicau
Menyanyi, walau suaramu ceracau
Di lain waktu akan memukau
Lihat, lihat, lihatlah....
Diameter langit menyuguhi gerhana merah
Mirip wajahmu yang tak pernah gerah
Di segala situasi selalu indah
Duhai, kamu... Pipit senjaku
Tanpa bui, kamu itu kebebasan tak baku
Melanglang, enggan berpaku
Kau tak 'kan lelah menopang malu beku
****
Kehidupan memberimu arti
Tentang pertentangan logika dan rasa
Tetang komitmen dan ketidakpastian
Tentang kesungguhan dan kepura-puraan
Telah kamu saksikan
Seluruh alam memujimu semu
Mungkin ada yang abadi
Tapi sekadar artikulasi perindu
Atau mungkin juga penggoda
Rindumu diisi oleh hamparan kebutaan
Laut, rimba, dan gurun
Telah meluaskan sekat cintamu
Namun tidak dengan hatimu
Pipitku, ingatlah kesenjaan
Tempat berbalik saat penat
Atau saat sejuk berubah badai salju
Tak lagi dingin, tapi kelu
Kamu tetap merdeka
Bebas menukik dan berakrobat
Tapi ingatlah, Pipitku
Langit terlalu luas untuk kamu itari
****
Corak jingga merelung di ufuk
Keriuhan langit berubah kepanikan
Langit gelap: awan dan malam
Kamu harus kembali, bukan?
Pulanglah, Pit...
Tubuh mungilmu harus tetap kuat
Kembalilah...
Kumpulkan energimu untuk esok
Petualanganmu belum tuntas
Kembalilah mereso
Esok menatimu beraso
Kamu pantas.....
(***)
Asal coret
(Sabtu, 6 Februari 2016)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar