Puisi: PIPIT BELANTARA
PIPIT BELANTARA
Tak ada yang bisa menyerupai
Kepak sayapmu yang lembut
Indah bak berukir
Kuat, mengempas, bahkan badai sekalipun
Kamu pernah terbui
Bukan terbuai
Sangat lama itu terjadi
Lalu masihkah kamu berpatri?
Terbang, terbang, terbanglah....
Biarkan mereka melihatmu basah
Hujan adalah intro pelawan gelisah
Dan kamu telah melaluinya semringah
Sangkar bukan lagi tempatmu
Mayapada menantimu berkicau
Menyanyi, walau suaramu ceracau
Di lain waktu akan memukau
Lihat, lihat, lihatlah....
Diameter langit menyuguhi gerhana merah
Mirip wajahmu yang tak pernah gerah
Di segala situasi selalu indah
Duhai, kamu... Pipit senjaku
Tanpa bui, kamu itu kebebasan tak baku
Melanglang, enggan berpaku
Kau tak 'kan lelah menopang malu beku
****
Kehidupan memberimu arti
Tentang pertentangan logika dan rasa
Tetang komitmen dan ketidakpastian
Tentang kesungguhan dan kepura-puraan
Telah kamu saksikan
Seluruh alam memujimu semu
Mungkin ada yang abadi
Tapi sekadar artikulasi perindu
Atau mungkin juga penggoda
Rindumu diisi oleh hamparan kebutaan
Laut, rimba, dan gurun
Telah meluaskan sekat cintamu
Namun tidak dengan hatimu
Pipitku, ingatlah kesenjaan
Tempat berbalik saat penat
Atau saat sejuk berubah badai salju
Tak lagi dingin, tapi kelu
Kamu tetap merdeka
Bebas menukik dan berakrobat
Tapi ingatlah, Pipitku
Langit terlalu luas untuk kamu itari
****
Corak jingga merelung di ufuk
Keriuhan langit berubah kepanikan
Langit gelap: awan dan malam
Kamu harus kembali, bukan?
Pulanglah, Pit...
Tubuh mungilmu harus tetap kuat
Kembalilah...
Kumpulkan energimu untuk esok
Petualanganmu belum tuntas
Kembalilah mereso
Esok menatimu beraso
Kamu pantas.....
(***)
Asal coret
(Sabtu, 6 Februari 2016)
Komentar
Posting Komentar