Puisi: Epik Tak Tuntas
EPIK TAK TUNTAS
Mungkin diam adalah kawan
Kala berseteru dalam kesenyapan
Sua yang tak pernah nyata
Di labirin rindu nan menyiksa
Kita, sebenarnya, tidak sedang merenung
Serupa bulan malam pertama
Berdendang lirih lembut menggaung
Usai merihat, muncul dengan wajah ceria
Namun tidak!
Wajah-wajah letih merangkak laun
Menyusuri ilalang setengah basah di kebun
Penyaksi gadis pemintal dirayu pembayun
Merintih, lalu elegi mengalun
Kita adalah epik tak tuntas
Cerita yang tertunda waktu
"Nihilkan ruang," katamu
Sebab angkasa menanti kita saling mendaras
Barangkali itu antitesismu
Tentang ruang semu nan hambar
Di sebuah istana putri pemalu
Mungkinkah itu nilai tawar?
(***)
Malam di redaksi, 01.25 Wita
Komentar
Posting Komentar