Cara FKKMT Melestarikan Barzanji

JUMAIN SULAIMAN/FAJAR
NURUL IMAN. Salah satu bagian dari lomba barzanji yang digelar di Masjid Nurul Iman Telkom, Selasa, 4 Mei.




BARZANJI adalah budaya Islam. Jangan biarkan redup.

LAPORAN RIDWAN MARZUKI
Jalan AP Pettarani

MASJID Nurul Iman Telkom disesaki jemaah perempuan. Semuanya berbusana muslimah. Seperti jilbab, gaun panjang, dan rok. Tentu saja dengan model, corak, dan warna yang berbeda-beda.

Wajah jemaah terlihat ramah dan banyak senyum. Suasana damai sangat terasa di Masjid Nurul Iman, Selasa pagi, 4 Mei.

Para perempuan itu sedang menggelar hajatan. Memaknai Hari Kartini yang sejatinya jatuh pada 21 April. Meski agak telat, namun semangat perempuan-perempuan itu perlu diapresiasi.

Perempuan-perempuan ini berasal dari berbagai kelompok majelis taklim di Makassar. Di Masjid Nurul Iman, mereka menggelar kompetisi barzanji. Forum Koordinasi Kegiatan Majelis Taklim (FKKMT) Sulsel sebagai pelaksana.
Selama ini, nyaris tidak pernah dilombakan barzanji di kalangan perempuan. Yang ada selama ini hanya barzanji berbentuk festival.

Ketua panitia pelaksana kompetisi barzanji, Siti Naimah Bakrii Z, menjelaskan, kegiatan ini memang diproyeksikan untuk melestarikan barzanji. "Barzanji itu kan sudah tidak populer lagi,” aku dia.

Selain itu, lanjut Naimah, lomba barzanji sekaligus memberi rangsangan kepada para anggota majelis taklim agar membudayakannya.

Lomba ini diikuti 29 tim barzanji. Setiap tim mewakili kelompok majelis taklim masing-masing dari berbagai kecamatan di Makassar. Seperti Rappocini, Manggala, Tamalate, Ujungpandang, Panakkukang, Mariso, dan Mamajang.

Dari Kecamatan Mamajang, ada MT Marhaban. Lalu dari Kecamatan Tamalate, ada MT Nururrahmah, Amaliah, Sirathal Mustaqim, Ummu Salamah, Nurul Iman Telkom, Al Jazirah, dan Al Ikhlas.
Dari Kecamatan Rappocini, ada MT Darul Muttaqin, Kwim, Nurul Hijrah, An Nur, Baiti Jnnati, Al Ikhlas, Al Khaerat, dan Raodatul Jannah.

Selanjutnya dari Kecamatan Manggala, ada MT Da'watul Khaer, Nurul Muttahidah, Islahul Quluub, Nurul Ilham, Al Ikhlas, dan Ummu Salamah. Dan dari Kecamatan Mariso, ada MT Arruhama, Al Adzim Jami', dan Attauhid. Lalu Kecamatan Panakkukang diwakili oleh MT khuwah dan Babul Jannah. Serta dari Kecamatan Ujung Pandang, MT Al Hikmah.

Panitia melibatkan tiga juri. Ketua tim juri bernama KH Arsyad Rajab. Dia dibantu Madinung BSW dan Amirah C. Ketiga juri inilah yang menilai lomba dari berbagai aspek.

Memang, ada beberapa hal yang menjadi aspek penilaian dalam lomba barzanji. Misalnya, ketepatan makhrajulhuruf atau tajwid. "Lalu kita juga menilai keindahan lagu dan keserasiannya," terang Arsyad.

Khusus untuk aspek keserasian, lanjut Arsyad, penilaian difokuskan pada gerakan dan juga keserasian dalam berpakaian atau kostum. Gerakan yang dimaksud adalah sejauh mana kekompakan para anggota tim barzanji tersebut. Karena membaca barzanji adalah membaca syair. Dari situ, semestinya ada pendalaman dan pelibatan perasaan di dalamnya.

Arsyad mengibaratkan barzanji sebagai vokal grup. Di dalamnya harus ada kerja sama dan kekompakan. Karena jika unsur itu tidak terpenuhi, kualitas keindahan barzanji akan berkurang. Kadang satu yang menyanyi dan pada bagian tertentu benyanyi bersama.

Selain itu, peserta lomba juga diharuskan mematuhi beberapa aturan lomba. Di antaranya durasi penampilan tidak boleh lebih dari 15 menit per tim. Lalu setiap tim beranggotakan tak kurang dari tujuh dan tak lebih dari sepuluh orang.

Lomba barzanji ini dibuka Asisten IV Pemerintah Kota Makassar, Apiaty Amin Syam. Hadir juga Kasubag Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kota Makassar, Muhammad Qasim.

Menurut Qasim, walaupun baraznji bukan syariat tetapi kehadirannya mampu membangkitkan spirit keislaman bagi umat. Hal itu penting untuk menggairahkan syiar Islam di tengah kondisi globalisasi saat ini di mana umat perlahan-lahan meninggalkan Islam. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspadai Pakai Emo, Ini Fungsinya Masing-masing

Berlibur di Kolam Renang PT Semen Tonasa

Sumpang Bita, Wisata Sejarah nan Menakjubkan