Cara FKKMT Peringati Hari Kartini
*Gelar Lomba Barazanji agar Lestari
BARAZANJI merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Islam. Tetapi keberadaannya kian redup di tengah masyarakat Sulsel. Pun kalau ada, hanya golongan tertentu saja yang mengetahuinya.
RIDWAN MARZUKI
Jalan AP Pettarani
Mesjid Nurul Iman Telkom disesaki oleh jamaah perempuan. Semuanya tampil dengan busana muslimah. Seperti jilbab, gaun panjang, dan rok. Tentu saja dengan model, corak, dan warna yang berbeda-beda. Wajah mereka juga terlihat ramah dan banyak melempar senyum. Suasana damai sangat terasa di masjid Nurul Iman pagi itu.
Para perempuan yang didominasi kaum ibu ini rupanya sedang mengadakan hajatan. Hajatan yang dimaksud adalah peringatan Hari Kartini. Walau kesannya agak telat karena Hari Kartini jatuh setiap tanggal 21 April, tetapi semangat mereka memaknainya perlu diapresiasi. Cara kaum Ibu Makassar ini terbilang unik dalam merayakan Hari Kartini.
Ibu-ibu ini berasal dari berbagai kelompok Majelis Taklim se-Kota Makassar. Tujuan mereka untuk mengikuti kompetisi Barazanji. Forum Koordinasi Kegiatan Majelis Taklim (FKKMT) Sulsel sebagai pelaksananya. Dengan penuh antusiasme, kaum Kartini Kota Makassar ini mengikuti lomba yang baru pertama kali ini dilaksanakan di tingkat Majelis Taklim (MT).
Memang, lomba Barazanji ini merupakan kali pertama dilaksanakan oleh FKKMT. Sebelumnya, hampir tak pernah dilombakan dikalangan ibu-ibu, khususnya di Kota Makassar. Yang ada selama ini hanya Barazanji berbentuk festival. Yaitu, Barazanji hanya sekedar tontonan, bukan pertandingan.
Menyadari Barazanji sebagai peninggalan kebudayaan Islam, FKKMT terpanggil untuk menggelar kompetisi ini. Apalagi ibi-ibu yang selalu hanya diasosiasikan berkutat dengan sektor domestik dalam rumah tangga. Mereka juga ingin menampilkan eksistensi diri bahwa ibu-ibu juga bisa berkontribusi dalam pelestarian kebudayaan Islam, yaitu barazanji.
Seperti yang diungkapkan Ketua panitia pelaksana kompetisi Barazanji, Hj St Naimah Bakrii Z, kegiatan ini diproyeksikan untuk melestarikan Barazanji. "Barazanji itu kan sudah tidak populer lagi. Makanya lomba Barazanji ini dilaksanakan," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, lomba Barazanji ini sekaligus memberi rangsangan kepada para anggota majelis taklim se-Kota Makassar agar membudayakan Barazanji. Dan ternyata, menurut Naimah, para ibu-ibu majelis taklim tersebut sangat giat belajar dan berlatih menyambut lomba ini. "Alhamdulillah, mereka cukup antusias," imbuh dia.
Lomba ini diikuti oleh 29 tim Barazanji se-Kota Makassar. Mereka mewakili kelompok majelis taklim masing-masing dari berbagai kecamatan di metropolitan ini. Seperti Kecamatan Rappocini, Manggala, Tamalate, Ujung Pandang, Panakkukang, Mariso, dan Mamajang.
Dari Kecamatan Mamajang, ada MT Marhaban. Lalu dari Kecamatan Tamalate, ada MT Nururrahmah, Amaliah, Sirathal Mustaqim, Ummu Salamah, Nurul Iman Telkom, Al Jazirah, dan Al Ikhlas. Dan dari Kecamatan Rappocini, ada MT Darul Muttaqin, Kwim, Nurul Hijrah, An Nur, Baiti Jnnati, Al Ikhlas, Al Khaerat, dan Raodatul Jannah.
Selanjutnya dari Kecamatan Manggala, ada MT Da'watul Khaer, Nurul Muttahidah, Islahul Quluub, Nurul Ilham, Al Ikhlas, dan Ummu Salamah. Dan dari Kecamatan Mariso, ada MT Arruhama, Al Adzim Jami', dan Attauhid. Lalu Kecamatan Panakkukang diwakili oleh MT khuwah dan Babul Jannah. Serta dari Kecamatan Ujung Pandang, MT Al Hikmah.
Panitia melibatkan tiga orang sebagai dewan juri dalam lomba ini. Ketuanya bernama Drs KH Arsyad Rajab MS. Ia dibantu oleh dua orang anggota, Madinung BSW dan Dra Amirah C. Ketiga orang inilah yang menilai lomba ini dari berbagai aspek yang menjadi perhatian dalam Barazanji.
Memang, ada beberapa hal yang menjadi aspek penilaian dalam lomba Barazanji. Misalnya, ketepatan makhrajulhuruf atau tajwid. Yaitu cara penyebutan dan membaca huruf-huruf Arab dalam kitab Barazanji. "Lalu kita juga menilai keindahan lagu dan keserasiannya," terang Arsyad.
Khusus untuk aspek keserasian, lanjut Arsyad, penilaian difokuskan pada gerakan dan juga keserasian dalam berpakaian atau kostum. Gerakan yang dimaksud adalah sejauh mana kekompakan para anggota tim Barazanji tersebut. Karena membaca Barazanji adalah membaca syair. Dari situ, semestinya ada pendalaman dan pelibatan perasaan di dalamnya.
Arsyad mengibaratkan Barazanji sebagai vokal grup. Di dalamnya harus ada kerjasama dan kekompakan. Karena jika unsur itu tidak terpenuhi, kualitas keindahan Barazanji akan berkurang. Kadang satu orang yang menyanyi, dan pada pada bagian tertentu benyanyi bersama.
Selain itu, peserta lomba juga diharuskan mematuhi beberapa aturan lomba. Di antaranya durasi penampilan tidak boleh lebih dari 15 menit per tim. Lalu setiap tim beranggotakan tak kurang dari tujuh dan tak lebih dari sepuluh orang.
Lomba Barazanji ini dibuka oleh asisten IV Pemerintah Kota Makassar, Ir Apiaty Amin Syam MSi. Hadir juga Kasubag Tata Usaha Kantor Kementrian Agama Kota Makassar, Drs Muhammad Qasim MPd.
Menurut Qasim, walaupun Barazanji bukan syariat, tetapi kehadirannya mampu membangkitkan spirit ke-Islaman bagi umat. Hal itu penting untuk menggairahkan syiar Islam di tengah kondisi globalisasi saat ini di mana umat perlahan-lahan meninggalkan Islam.
Brazanji sendiri, lanjut Qasim, merupakan syair yang berisi tentang Nabi Muhammad Saw. Seperti sejarah Nabi saat kecil. Menceritakan juga silsilah keluarga, kepribadian, dan akhlaknya. "Jadi sebenarnya Barazanji itu menggambarkan sosoknya Nabi (Muhammad, red)," imbuh dia.
Selain lomba Barazanji, FKKMT juga menggelar lomba pidato. Pesertanya juga berasal dari MT se-Makassar. Tema pidato yang diangkat, Peranan Majelis Taklim dalam Pembangunan Kota Makassar.(zuk)
BARAZANJI merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Islam. Tetapi keberadaannya kian redup di tengah masyarakat Sulsel. Pun kalau ada, hanya golongan tertentu saja yang mengetahuinya.
RIDWAN MARZUKI
Jalan AP Pettarani
Mesjid Nurul Iman Telkom disesaki oleh jamaah perempuan. Semuanya tampil dengan busana muslimah. Seperti jilbab, gaun panjang, dan rok. Tentu saja dengan model, corak, dan warna yang berbeda-beda. Wajah mereka juga terlihat ramah dan banyak melempar senyum. Suasana damai sangat terasa di masjid Nurul Iman pagi itu.
Para perempuan yang didominasi kaum ibu ini rupanya sedang mengadakan hajatan. Hajatan yang dimaksud adalah peringatan Hari Kartini. Walau kesannya agak telat karena Hari Kartini jatuh setiap tanggal 21 April, tetapi semangat mereka memaknainya perlu diapresiasi. Cara kaum Ibu Makassar ini terbilang unik dalam merayakan Hari Kartini.
Ibu-ibu ini berasal dari berbagai kelompok Majelis Taklim se-Kota Makassar. Tujuan mereka untuk mengikuti kompetisi Barazanji. Forum Koordinasi Kegiatan Majelis Taklim (FKKMT) Sulsel sebagai pelaksananya. Dengan penuh antusiasme, kaum Kartini Kota Makassar ini mengikuti lomba yang baru pertama kali ini dilaksanakan di tingkat Majelis Taklim (MT).
Memang, lomba Barazanji ini merupakan kali pertama dilaksanakan oleh FKKMT. Sebelumnya, hampir tak pernah dilombakan dikalangan ibu-ibu, khususnya di Kota Makassar. Yang ada selama ini hanya Barazanji berbentuk festival. Yaitu, Barazanji hanya sekedar tontonan, bukan pertandingan.
Menyadari Barazanji sebagai peninggalan kebudayaan Islam, FKKMT terpanggil untuk menggelar kompetisi ini. Apalagi ibi-ibu yang selalu hanya diasosiasikan berkutat dengan sektor domestik dalam rumah tangga. Mereka juga ingin menampilkan eksistensi diri bahwa ibu-ibu juga bisa berkontribusi dalam pelestarian kebudayaan Islam, yaitu barazanji.
Seperti yang diungkapkan Ketua panitia pelaksana kompetisi Barazanji, Hj St Naimah Bakrii Z, kegiatan ini diproyeksikan untuk melestarikan Barazanji. "Barazanji itu kan sudah tidak populer lagi. Makanya lomba Barazanji ini dilaksanakan," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, lomba Barazanji ini sekaligus memberi rangsangan kepada para anggota majelis taklim se-Kota Makassar agar membudayakan Barazanji. Dan ternyata, menurut Naimah, para ibu-ibu majelis taklim tersebut sangat giat belajar dan berlatih menyambut lomba ini. "Alhamdulillah, mereka cukup antusias," imbuh dia.
Lomba ini diikuti oleh 29 tim Barazanji se-Kota Makassar. Mereka mewakili kelompok majelis taklim masing-masing dari berbagai kecamatan di metropolitan ini. Seperti Kecamatan Rappocini, Manggala, Tamalate, Ujung Pandang, Panakkukang, Mariso, dan Mamajang.
Dari Kecamatan Mamajang, ada MT Marhaban. Lalu dari Kecamatan Tamalate, ada MT Nururrahmah, Amaliah, Sirathal Mustaqim, Ummu Salamah, Nurul Iman Telkom, Al Jazirah, dan Al Ikhlas. Dan dari Kecamatan Rappocini, ada MT Darul Muttaqin, Kwim, Nurul Hijrah, An Nur, Baiti Jnnati, Al Ikhlas, Al Khaerat, dan Raodatul Jannah.
Selanjutnya dari Kecamatan Manggala, ada MT Da'watul Khaer, Nurul Muttahidah, Islahul Quluub, Nurul Ilham, Al Ikhlas, dan Ummu Salamah. Dan dari Kecamatan Mariso, ada MT Arruhama, Al Adzim Jami', dan Attauhid. Lalu Kecamatan Panakkukang diwakili oleh MT khuwah dan Babul Jannah. Serta dari Kecamatan Ujung Pandang, MT Al Hikmah.
Panitia melibatkan tiga orang sebagai dewan juri dalam lomba ini. Ketuanya bernama Drs KH Arsyad Rajab MS. Ia dibantu oleh dua orang anggota, Madinung BSW dan Dra Amirah C. Ketiga orang inilah yang menilai lomba ini dari berbagai aspek yang menjadi perhatian dalam Barazanji.
Memang, ada beberapa hal yang menjadi aspek penilaian dalam lomba Barazanji. Misalnya, ketepatan makhrajulhuruf atau tajwid. Yaitu cara penyebutan dan membaca huruf-huruf Arab dalam kitab Barazanji. "Lalu kita juga menilai keindahan lagu dan keserasiannya," terang Arsyad.
Khusus untuk aspek keserasian, lanjut Arsyad, penilaian difokuskan pada gerakan dan juga keserasian dalam berpakaian atau kostum. Gerakan yang dimaksud adalah sejauh mana kekompakan para anggota tim Barazanji tersebut. Karena membaca Barazanji adalah membaca syair. Dari situ, semestinya ada pendalaman dan pelibatan perasaan di dalamnya.
Arsyad mengibaratkan Barazanji sebagai vokal grup. Di dalamnya harus ada kerjasama dan kekompakan. Karena jika unsur itu tidak terpenuhi, kualitas keindahan Barazanji akan berkurang. Kadang satu orang yang menyanyi, dan pada pada bagian tertentu benyanyi bersama.
Selain itu, peserta lomba juga diharuskan mematuhi beberapa aturan lomba. Di antaranya durasi penampilan tidak boleh lebih dari 15 menit per tim. Lalu setiap tim beranggotakan tak kurang dari tujuh dan tak lebih dari sepuluh orang.
Lomba Barazanji ini dibuka oleh asisten IV Pemerintah Kota Makassar, Ir Apiaty Amin Syam MSi. Hadir juga Kasubag Tata Usaha Kantor Kementrian Agama Kota Makassar, Drs Muhammad Qasim MPd.
Menurut Qasim, walaupun Barazanji bukan syariat, tetapi kehadirannya mampu membangkitkan spirit ke-Islaman bagi umat. Hal itu penting untuk menggairahkan syiar Islam di tengah kondisi globalisasi saat ini di mana umat perlahan-lahan meninggalkan Islam.
Brazanji sendiri, lanjut Qasim, merupakan syair yang berisi tentang Nabi Muhammad Saw. Seperti sejarah Nabi saat kecil. Menceritakan juga silsilah keluarga, kepribadian, dan akhlaknya. "Jadi sebenarnya Barazanji itu menggambarkan sosoknya Nabi (Muhammad, red)," imbuh dia.
Selain lomba Barazanji, FKKMT juga menggelar lomba pidato. Pesertanya juga berasal dari MT se-Makassar. Tema pidato yang diangkat, Peranan Majelis Taklim dalam Pembangunan Kota Makassar.(zuk)
Komentar
Posting Komentar