Tradisi Warga Penuhi Kebutuhan Jelang Idulfitri

MUDIK. Aktivitas masyarakat Indonesia yang ramai-ramai mudik setiap kali memasuki Hari Raya Idulfitri.




Paling Mudah Dapatkan Uang dengan Gadai Emas

KEBUTUHAN warga meningkat signifikan setiap kali akan memasuki Hari Raya Indulfitri. Cara instan menutupi kebutuhan yang tidak linear dengan kemampuan tersebut, yakni dengan menggadai barang berharga.

RIDWAN MARZUKI
Makassar

SATU per satu warga terlihat memasuki kantor keuangan itu. Situasi masih sepi karena saat itu sedang istirahat siang, pelayanan disetop sementara waktu, kira-kira sejam lamanya.

Namun mereka yang datang itu, yang kebanyakan dari kaum perempuan, tetap sabar menunggu tak menggerutu. Kendatipun terlihat kesan buru-buru dari wajah-wajah mereka. Maklum, mereka yang rata-rata ibu rumah tangga tersebut masih memiliki urusan lain.

Situasi ini yang terjadi di salah satu kantor gadai perhiasan, Rabu, 24 Juli 2013. Tepatnya di Kantor Pegadaian Cabang Panakkukang. Lembaga gadai ini merupakan salah satu yang ramai dikunjungi warga untuk menggadaikan barang berharga dan berbagai jenis perhiasan lainnya.

Aktivitas gadai perhiasan memang relatif meningkat di pengujung Ramadan. Kendati umat Islam menjalankan puasa, namun pada bulan ini kebutuhan warga tak dapat dipungkiri, meningkat. Apalagi, Ramadan tahun ini bersamaan dengan penerimaan peserta didik baru (PPDB).

Hal ini ikut memengaruhi jumlah pengeluaran rumah tangga, terutama mereka yang memiliki anak yang melanjutkan pendidikan, baik ke SMA maupun kuliah. Salah satu jalan paling instan ditempuh oleh warga untuk menutupi kebutuhan mereka tersebut, yakni dengan menggadaikan barang berharga yang dimiliki.

Salah seorang yang sering memanfaatkan kemudahan mendapatkan dana tuai saat sedang tiba-tiba butuh duit, yakni Unga Lili. Ibu rumah tangga asal Sudiang ini mengaku memiliki beberapa barang yang telah dititip di Pegadaian. Namun barang-barang tersebut tak semua miliknya, kendati atas namanya.

Mulanya, Unga enggan mengenalkan namanya. Namun setelah mengetahui bahwa penulis sedang melakukan survei dan peliputan grafik tingkat kebutuhan masyarakat jelang lebaran, akhirnya ia mau bicara.

Di tengah kenaikan harga-harga akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, Unga mengaku banyak ibu rumah tangga yang kesulitan secara ekonomi. Itu lantaran kenaikan tersebut membawa implikasi langsung bagi kebutuhan pokok di pasaran. Apalagi itu dilakukan pemerintah sesaat jelang masuknya Ramadan yang kemudian akan disusul Idulfitri.

"Memang banyak orang menggadai emasnya, termasuk orang kaya," ujar Unga yang mengaku ke Pegadaian untuk membayarkan premi gadai ibunya yang tinggal di Jalan Hertasning.

Sebetulnya ia sangat berharap harga BBM tidak naik agar harga kebutuhan pokok tidak begitu terpengaruh memasuki Ramadan dan menyambut Idulfitri. Kendatipun saat ini harga telah naik, namun ia memiliki ekspektasi kiranya tak ada lagi kenaikan susulan.

Unga menuturkan, menggadai barang berharga, terutama perhiasan, relatif lebih mudah dilakukan di Pegadaian. Jika dilakukan di bank, meskipun bisa mendapatkan sejumlah dana, namun prosesnya dianggap lebih rumit. Makanya ia bersama keluarganya cenderung lebih memilih Pegadaian.

Sebelum-sebelumnya, ketika tak memiliki cukup dana terutama untuk memenuhi kebutuhan lebaran, termasuk menyiapkan perlengkapan sekolah anak-anaknya, maka menggadai perhiasan merupakan jalan yang paling mudah. "Kalau di bank, bukannya tidak bisa, tapi agak sulit," tuturnya.

Hanya saja, Unga yang mengaku suaminya seorang pensiunan ini, tak selalu menggadaikan barang berharga setiap kali akan memasuki lebaran. Itu hanya dilakukan saat kebutuhan sangat mendesak dan tak ada dana langsung yang bisa digunakan.

Ia pun tak menyebut jumlah emas yang ia gadaikan di Pegadaian. Yang pasti, kata dia, secara umum sering kali setiap jelang lebaran, banyak kebutuhan yang biasanya dibutuhkan untuk dibeli. Ibu empat anak ini berharap kiranya pemerintah bisa menekan harga-harga sebelum semkain dekatnya lebaran. Apalagi, dari empat anaknya, masih ada dua yang menjadi tanggungan penuhnya, dua lainnya telah menikah.

Ibu rumah tangga lainnya yang memanfaatkan gadai untuk mendapatkan uang tunai adalah Nur. Perempuan 56 tahun ini juga sempat mendatangi Pegadaian untuk menggadai emasnya. Ia mengaku, sudah ada beberapa keping emas yang ia gadaikan, namun belum sempat ditebus.

Namun untuk gadai kali ini, ia mengaku kebutuhan duitnya bukan untuk belanja kebutuhan Idulfitri. Uang itu akan digunakan untuk membantu anaknya yang sedang menjalankan bisnis rental mobil, sementara armada yang dipakai merupakan barang kredit.

Warga Jalan Tidung IX ini mengaku, dari total delapan unit mobil yang sedang dikredit oleh anaknya untuk dimanfaatkan berbisnis, enam di antaranya masih dalam proses pembayaran kredit. Makanya, ketika secara bersamaan tagihan kreditnya akan jatuh tempo, sementara pemasukan tak mencukupi, maka jalan praktis yakni dengan menggadaikan emas.

"Sudah banyak emasku di dalam (Pegadaian, red)," ujar ibu empat anak ini yang hari itu mengenakan gaun terusan hijau dengan balutan jilbab hitam.

Pensiunan Dinas Sosial Sulsel ini, menguraikan, menjalankan bisnis, pemasukannya tidak selalu normal. Kerap banyak keuntungan, namun kadang pula kurang. Saat banyak, ia memilih menebus perhiasannya di Pegadaian, bahkan saat diperlukan, menambah dengan perhiasan baru.

Begitu kurang pemasukan dan bersamaan dengan jatuh tempo kredit, maka perhiasan-perhiasan itulah yang menjadi "dewa penyelamat". Setelah digadai, maka bisnis anaknya bisa jalan lagi dan begitu seterusnya siklus yang terjadi. Namun ia bersyukur, dua mobil anaknya sudah lunas hasil pembelian dengan cara kredit.

Nur juga mengakui, emas merupakan barang yang paling banyak dan paling mudah digadaikan. Memiliki emas berarti mudah mendapatkan saat membutuhkannya secara mendadak.

"Emas paling gampang," katanya. Ia juga mengeluhkan naiknya harga kebutuhan pokok di pasar sehingga menyulitkan masyarakat. Terutama harga bawang merah, kata dia, yang melambung sangat tinggi.

Salah seorang karyawati Kantor Pegadaian Cabang Panakkukang, Riris, mengakui banyaknya emas yang digadaikan warga. Namun menurutnya, jelang Hari Raya Idulfitri, justru banyak juga ibu rumah tangga yang menebus perhiasannya.

"Mungkin mau dipakai lebaran. Setelah lebaran, baru dimasukkan lagi," ujarnya dengan senyum semringah di depan etalase emas lelang. Riris memang ditugaskan di bagian lelang emas, yakni perhiasan yang tidak ditebus oleh penggadai hingga tiba masa jatuh tempo. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspadai Pakai Emo, Ini Fungsinya Masing-masing

Berlibur di Kolam Renang PT Semen Tonasa

Sumpang Bita, Wisata Sejarah nan Menakjubkan