Kedamaian dari Permandian Alam Baruttung

BARUTTUNG bisa jadi baru anda dengar. Nama ini bagi sebagian besar orang di luar Kabupaten Pangkep, masih begitu asing di telinga. Namun di situ pula yang membuatnya menarik. Karena belum begitu tersohor, Baruttung bisa menjadi salah satu alternatif pilihan tempat wisata.

    Baruttung merupakan lokasi permandian alam yang terletak di Dusun Paranglombasang, Desa Bantimurung, Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep. Lokasinya terbilang jauh karena berada di wilayah pegunungan. Tak mudah mencapainya. Setidaknya butuh waktu kurang lebih sejam perjalanan dari Pangkajene, ibu kota Kabupaten Pangkep, menuju ke objek wisata alam ini.

    Meski jaraknya hanya 30 atau 40-an kilometer dari Pangkajene, namun akses menuju lokasi tersebut relatif penuh tantangan. Ini beralasan karena untuk sampai ke Baruttung, kita mesti melewati jalanan menanjak nan berliku. Walau begitu, semua jenis kendaraan bisa sampai ke lokasi tersebut; baik sepeda motor maupun kendaraan roda empat lainnya. Namun pastikan semua sistem kendaraan Anda dalam keadaan normal sebelum berangkat.

    Jika memilih menggunakan kendaraan sendiri menuju ke Baruttung, maka Anda harus memastikan diri telah lihai berkendara di jalan yang menantang tersebut. Jalanan terjal serta banyaknya tikungan tajam menjadi tantangan yang mendebarkan. Namun bagi yang terbiasa dengan medan seperti ini, tentu saja itu menjadi sesuatu yang lumrah. Jalan menuju Baruttung merupakan salah satu petualangan.

    Setelah menempuh perjalanan selama sejam, saya akhirnya tiba di gerbang lokasi permandian alam Baruttung. Dari gerbang tersebut, deru aliran sungai sudah terdengar. Setelah melewati jalan setapak dan undakan-undakan, akhirnya kita akan sampai ke pinggir sungai yang berair jernih dan sejuk. Beberapa rekan yang menemaniku tak mampu menahan diri. Dengan serta-merta mereka menciduk air sungai dan membasuh muka mereka.

    Aliran air yang deras serta luasnya sungai Barruttung meciptakan kolam-kolam yang kedalamannya
bervariasi. Hal ini tentu saja menarik bagi para pengunjung yang ingin merasakan berenang di berbagai jenis kedalaman kolam alami. Bagi anak-anak bisa memilih kolam yang lebih dangkal, sedangkan bagi orang dewasa bisa memilih kolam yang lebih dalam lagi. Pilihan sesuai selera.

    "Waktu ramainya tidak menentu, tetapi rata-rata hari libur atau Minggu," ujar Nursakiah, salah seorang warga yang bermukim di sekitar lokasi permandian alam Baruttung. Perempuan berusia 26 tahun ini menuturkan, pengungjung Baruttung kebanyakan atau didominasi kalangan pelajar atau remaja.

    Salah seorang pengunjung bernama Baruttung, Ismail, mengatakan kendati pertama kali datang ke lokasi tersebut, namun ia mengakui keindahan panorama di sekeliling Baruttung. Nuansa alam begitu terasa, katanya. Bahkan, untuk kelas permandian alam, Baruttung lebih kaya pilihan untuk dijadikan permandian. Bisa merasakan yang dangka hingga palung dalam di sungai tersebut.

    "Ini bagus sekali pemandangannya. Berenang adalah satu pilihan menarik," ujar Ismail, warga Pangkajene yang juga tercatat sebagai honorer di lingkup Kantor Bupati Pangkep tersebut. Ia mengaku merasakan kedamaian di Baruttung kendati untuk mencapainya harus melewetai sejumlah wilayah pertambangan. Namun baginya, kehadiran beberapa areal pertambangan di jalan menuju Baruttung, justru menjadi pelengkap perjalanan refreshing.

    Lansekap Tondong Tallasa yang memiliki banyak pegunungan dan bebukitan menjadikan lokasi ini memiliki nilai tambah. Sawah-sawah di pinggir jalan sepanjang jalanan menuju ke sana terlihat seperti tertata secara berundak-undak. Sejuknya udara serta tenteramnya alam menjadikannya salah satu objek wisata yang pantas menjadi alternatif pilihan mengisi hari libur.

    Tetapi jika mengunjungi Baruttung, sebaiknya ke sana di kala cuaca sedang baik atau dalam kondisi tidak sedang hujan. Hal ini untuk mengantisipasi jikalau tiba-tiba arus sungai meningkat akibat air bah yang disebabkan oleh hujan. Berwisata di sungai dalam kondisi hujan tentu saja berbahaya bagi keselamatan anda. Lagian airnya akan keruh jika hujan, tak bagus untuk berenang.(*)



Berendam di Kolam Bebatuan Berukir

    Baruttung akan dicapai setelah menyusuri anak tangga yang berkelok beberapa kali. Lokasinya kurang lebih 400 meter dari pinggir jalanan yang terbuat beton.  Aneka jenis kupu-kupu tampak beterbangan. Suasana sejuk begitu terasa ketika awal tiba di sana. Kicau berbagai jenis burung turut menghiasi suasananya. Memang, terdapat banyak jenis burung di sekitar kawasan permandian alam Baruttung karena di sekililingnya terdapat hutan yang ditumbuhi banyak pepohonan.

Kupu-kupu yang ada di tempat ini juga memiliki jenis yang beragam. Bisa jadi kupu-kupu ini memiliki keterkaitan dengan yang ada di kawasan Taman Nasional Bulusarang. Maklum lokasinya yang berdekatan dengan Gunung Bulusaraung. Sayang, belum ada penelitian ilmiah untuk menganalisi keterkaitan tersebut. Keberadaanny masih menyimpan tanda tanya dan mengada dalam bentuk asumsi-asumsi.

    Kehadiran hutan-hutan di sekeliling kawasan tersebut, menambah sejuk dan tenteramnya suasana Baruttung. Di sanalah berbagai jenis burung dan kupu-kupu, bersarang. Lebatnya pepohonan di sana sekaligus menjadi tempat berteduh bagi para pengunjung yang ingin beristirahat setelah melakukan berbagai aktivitas, semisal berenang dan memancing.

    Salah satu yang menarik lokasi ini adalah bebatuan yang ada di sungai menyerupai hasil pahatan. Bebatuan tersebut laksana telah diukir membentuk lipatan-lipatan. Di bebatuan itulah kerap digunakan sebagai tempat beristirahat pascaberenang. Atapnya dari dedaunan pepohonan yang menjulur masuk ke sungai sehingga meneduhkannya.

    Salah seorang pengunjung, Mustang, mengatakan, sejak kecil dulu ia sudah pernah mengunjungi kawasan permandian alam Baruttung. Ia mengungkapkan, pengunjung yang datang biasanya rombongan dengan keluarganya. Sering pula, jika musim libur sekolah, rombongan pelajar yang justru meramaikan tempat ini.

    Selain itu, kerap juga orang dari luar Pangkep datang, khususnya mereka yang telah mengetahui keberadaannya. Mustang mengatakan, biasanya, pengunjung yang datang ke Baruttung akan menginformasikannya juga ke teman-temannya. Selanjutnya mereka juga tertarik untuk datang dengan mengajak pula temannya.

    Bagi pengunjung yang ingin berlama-lama di Baruttung, tak ada salahnya untuk membawa tikar dan tenda mini, kendati pun sebetulnya bebatuan dan pepohonan yang ada di situ sudah lumayan dan  representatif digunakan beristirahat. Di bebatuan ini pulalah para pengunjung kerap membakar ikan atau menyalakan perapian untuk menghangaktkan badan pascaberenang. (*)



Memancing Salah Satu Alternatif

    Banyaknya kolam-kolam alami yang tercipta dari aliran sungai Baruttung membuat pengunjung memiliki berbagai tempat pilihan untuk berenang. Selain itu, di bagian agak ke bawah dari lokasi permandian, terdapat palung-palung kecil. Di tempat inilah terdapat banyak ikan yang bisa dipancing bebas oleh pengunjung.

     Ada berbagai jenis ikan yang ada di sana. Warga setempat menamakan ikan-ikan tersebut semisal  ikan mas, bolu jawa, ikan pai-pai, serta beberapa jenis ikan tawar lainnya.  "Biasanya, setiap sore ada anak-anak memancing di situ," ujar Agus Muh Said, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Desa (Sekdes) Bantimurung kepada penulis, Jumat, 20 Mei.

    Agus bahkan menyebutkan, ikan-ikan yang ada di sungai tersebut terbilang besar. Namun secara umum, ikan masnya yang paling banyak dan paling sering ditemukan dengan ukuran besar. Keberadaan ikan-ikan tersebut, memang disengaja oleh warga setempat. Secara rutin mereka menebar benih ikan air tawar di bagian agak ke bawah Sungai Baruttung.

    "Iya, Pak. Memang beberapa kali kita tebar bibitnya," ujar Agus. Ia mengatakan, pada hari-hari biasa, kawasan permandian alam Baruttung terlhat sunyi. Tempat ini hanya ramai saat musim libur. "Memang kalau hari-hari kerja begini sunyi, tetapi jika libur, banyak orang yang datang. Bukan hanya dari sini, dari kecamatan lain bahkan dari daerah lain seperti Maros dan Makassar juga pernah datang," katanya.

    Hasil tangkapan ikan bisa diambil gratis oleh pengunjung. Bahkan mereka bisa langsung membakarnya di lokasi tersebut karena sudah tersedia kayu bakar serta bebatuan yang mendukung untuk membuat tungku pembakaran. "Banyak pendatang yang bakar-bakar ikan di sini," ujar Mustang, salah seorang PNS di Disbudpar Pangkep. (*)



Mutiara yang Masih Terpendam

Lokasinya yang berada di pedalaman, menjadikan kawasan permandian alam Baruttung seolah-olah terpencil. Kondisi ini pula yang membuat keberadaannya belum begitu dikenal. Belum banyak orang yang mengetahui jika di pegunungan yang menjadi pusat pertambangan Kabupaten Pangkep tersebut, terdapat objek wisata permandian alam.

    Hal ini juga ditambah oleh upaya promosi wisata yang tidak maksimal dari instansi yang terkait. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pangkep dinilai kurang upayanya dalam mengangkat kawasan yang sebetulnya sangat potensial untuk dikunjungi banyak orang tersebut. Disbudpar tidak terlalu fokus mengembangkan wisata pegunungan.

    Kurang tersosialisasinya eksistensi permadian alam Baruttung ini juga diakui oleh salah seorang staf Disbudpar Pangkep, Mustang. Kendati ia tidak menyebutkan siapa yang paling  bertanggung jawab atas kondisi tersebut, namun ia juga mengaku prihatin karena potensi wisata yang seharusnya mengangkat daerah itu tidak begitu dikenal di luar Pangkep.

    Bahkan, kata Mustang, jangankan orang dari luar, warga Pangkep sendiri pun bahkan masih banyak yang tidak mengenal Baruttung. Ia mengatakan, kemungkinan karena lokasinya yang jauh, menyebabkan kawasan ini tidak begitu populer. Justru lebih banyak dikenal oleh kalangan pelajar karena model sosialisasinya dari mulut ke mulut di antara mereka.  

    "Iya, belum begitu dikenal. Yang saya dengar tempat ini hanya banyak dikenal di kalangan pelajar," ujar Mustang saat mendampingi penulis mengunjungi permandian alam Baruttung, Jumat, 20 Mei.

    Kurang begitu dikenalnya kawasan permandian alam ini juga bisa terbaca di kalangan petinggi Disbudpar Pangkep. Di jajaran pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) tersebut, masih ada yang hanya perna mengenal nama Baruttung, namun belum pernah mengunjungi. Hal inilah yang disayangkan bahwa bagaimana mungkin mereka akan memformulasi konsep pengembangan Baruttung agar lebih dikenal dan bisa tertata lebih baik sementara mereka belum pernah melihatnya. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspadai Pakai Emo, Ini Fungsinya Masing-masing

Berlibur di Kolam Renang PT Semen Tonasa

Sumpang Bita, Wisata Sejarah nan Menakjubkan