Postingan Populer

KUMPULAN TULISAN

Rabu, 28 April 2010

Melihat Sekolah SEICY di Kampung Lette

*****/FAJAR
RUANG MASJID. Aktivitas belajar-mengajar Sekolah SEICY yang memanfaatkan ruang Masjid Nurul Ilham, Kampung Lette, Minggu, 25 April.



*Oasis Sebuah Pendidikan Gratis

I'M a muslim child
I read Alquran everyday
I pray five times a day
Yes I can do it, I can do it...

RIDWAN MARZUKI
Mariso

PENGGALAN lagu tadi adalah pembuka aktivitas pembelajaran di pagi itu, Minggu, 25 April. Raut wajah puluhan anak-anak di Masjid Nurul Ilham begitu riang. Anak-anak itu adalah peserta belajar pada Skill and Education Improvement for Children and Youth (SEICY).

    Selain bernyanyi, kegiatan lain sebagai pembuka proses belajar adalah membaca doa belajar. Setelah itu, pembelajaran dimulai. Para relawan SEICY memulai aktivitas proses belajar.
SEICY dalam Bahasa Indonesia berarti peningkatan keahlian dan pendidian anak dan remaja.

    SEICY Foundation adalah yayasan yang mengonsentrasikan diri untuk memberi bimbingan dan pendidikan bagi anak-anak Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso. Peserta belajarnya meliputi anak-anak sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Tentu saja mereka diberi pelajaran berbeda.

    Ketua Yayasan SEICY bernama Yashinta Kumala Dewi Sutopo. Panggilannya Yashinta yang juga berprofesi sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi negeri di metropolitan ini. Ia bersama beberapa orang temannya menjadi pengelola dalam yayasan nonprofit ini. Ada sekitar 20-an orang yang menjadi manajemen Yayasan SEICY. 

    Mereka menamakan diri managemen SEICY 2010. Memang setiap tahun yayasan ini melakukan restrukturisasi managemen. Orang-orang yang terlibat di dalamnya merupakan relawan-relawan yang tidak dibayar. Niat mereka hanya membantu anak-anak penghuni Kampung Lette.

    Para relawan tersebut berasal dari berbagi kalangan dan profesi. Ada karyawan, dosen, ibu rumah tangga, dan ustaz atau ustazah. Sebut saja beberapa namanya antara lain Ridho, Afdaliana, Sellyana, Sriany, Yashinta, dan beberapa nama lainnya.

    Proses belajar-mengajar memanfaatkan ruangan Masjid Nurul Ilham.  Masjid tersebut berada di kompleks rumah susun sewa Kampung Lette. Setiap hari Minggu kegiatan pembelajaran dilaksanakan  di tempat ini.
Pesertanya anak-anak kelurga kurang mampu. Memang sebagian besar penduduk Kampung Lette.

    Di kampong ini, banyak warga berprofesi tukang becak, tukang batu, nelayan, dan pemulung. Bahkan sebagian dari peserta belajar SEICY merupakan pemulung. Ada juga yang berprofesi sebagai pencari kerang. Makanya anak-anak yang belajar di tempat ini tidak dipungut biaya. Inilah oasis sebuah pendidikan gratis.

    Setiap Minggu, kegiatan pembelajaran digelar. Pelaksanaan dimulai pukul 09.00-12.00. Terdiri atas dua sesi program, yaitu program Embo (English, Motivational series, Brain gym, and Origami) dan kursus komputer. Program embo untuk anak-anak usia SD, sedangkan kursus komputer untuk anak-anak usia SMP dan SMA.

    Untuk pelajaran Bahasa Inggris, kata Yashinta, materi pembelajarannya seputar percakapan dasar dan tensis. Ada juga lagu-lagu dalam Bahasa Inggris. Lalu untuk motivational series, muatan pembelajarannya berkaitan dengan pelatihan penyeimbangan otak kiri dan otak kanan. "Tujuannya untuk menggali potensi anak," kata Sriany Ersinah, penanggung jawab program ini.

    Selanjutnya program brain gym merupakan pembelajaran untuk melatih kemampuan otak anak yang berkaitan denga rasionalitas. Tujuannya untuk melatih kefokusan anak. Biasanya, lanjut Sriany, di tempat ini menggunakan instrumen musik sebagai medium pembelajaran. Selain itu, anak-anak juga diajarkan origami. Pelajaran ini berkaitan dengan keterampilan tangan dalam melipat kertas untuk dijadikan hiasan dan permainan.

    Yashinta mengaku sengaja menggunakan Bahasa Inggris untuk menamai yayasan dan beberapa program yang dibuat di dalamnya. Itu bertujuan supaya bisa dikenal lebih luas secara internasional. "Kita ingin meraih simpati global," kata dia.

    Ada beberapa motivasi yang mendasari para relawan ini. Menurut mereka, anak-anak di Kampung Lette ini harus mendapatkan pendidikan. Anak-anak ini merupakan generasi penerus yang harus diarahkan.

    Kehadiran para relawan di tempat ini semata-mata untuk misi pengabdian. Orientasi mereka adalah pengabdian kepada Sang Pencipta. "Semata karena Allah," papar Yashinta.

    Di samping itu, lanjut Yashinta, kehadiran mereka karena merasa prihatin dengan kondisi anak-anak Kampung Lette. Hal ini juga merupakan sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap kondisi anak-anak Kampung Lette. Banyak anak-anak usia SD hingga SMA di tempat ini belum mendapat pendidikan layak. Mereka tidak mampu dan terisolasi dari pendidikan yang layak.

    Selain itu, mereka rela mencurahkan waktu, tenaga, pikiran, dan materinya demi masa depan anak-anak tersebut. Yashinta dan kawan-kawan tidak mau menutup mata atas kondisi anak-anak di tempat ini. Mereka ingin berkontribusi menciptakan generasi saleh. (*)
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar