Asal-muasal Tahun Baru Saka

Tahun Baru Saka merupakan tahun baru yang yang peringatannya berbeda dengan tahun baru-tahun baru yang lain. Tahun Baru Saka diperingati oleh Umat Hindu dalam bentuk ritual-ritual keagamaan. Tujuannya untuk pembersihan dan penyucian diri. Tidak ada acara hiburan apalagi hura-hura sebagaimana layaknya tahun baru konvensional lainnya.

Kata Saka merupakan nama salah satu suku yang ada di India. Awalnya, pada permulaan abad Masehi, negeri India tidak pernah akur dan selalu berperang. Terdapat berbagai suku yang saling memperebutkan kekuasaan. Suku-suku tersebut antara lain Suku Saka, Pahiava, Yueh Chi, Yavana dan Malaya.

Perebutan kekuasaan antar suku menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan rakyat India. Pada saat itu India mengalami krisis dan konflik sosial berkepanjangan. Tidak ada lagi keharmonisan di Negeri India saat itu.

Dari pertikaian yang panjang itu, pada akhirnya pada 21 Maret 79 Masehi, suku Saka menjadi pemenang dibawah pimpinan Raja Kaniskha I, yang akhirnya dinobatkan menjadi Raja. "Pada tahun itulah diperintahkan sebagai Tahun Baru Nasional di India," terang Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sulsel, I Nyoman Suartha.

Raja Kaniskha I dikenal sangat bijaksana dan begitu populer bagi rakyat India. Sejak tahun kemenangannya itu pulalah kehidupan bernegara, bermasyarakat dan beragama di India ditata ulang.

Peringatan pergantian tarikh saka diambil dari hari keberhasilan kepemimpinan Raja Kaniskha I menyatukan bangsa yang tadinya bertikai dengan paham keagamaan yang saling berbeda.

Sejak tahun 79 Masehi itulah ditetapkan adanya tarikh atau perhitungan tahun Saka. Tahun Saka juga memiliki 12 bulan. Bulan pertamanya disebut Caitramasa, bersamaan dengan bulan Maret tarikh Masehi dan Sasih Kesanga dalam tarikh Jawa dan Bali di Indonesia.

Tahun Baru Saka bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional. "Oleh karena itu kami angkat tema Jadikan Perayaan Nyepi sebagai Momentum Penyadaran Diri dan Perekat Persaudaraan Untuk Bersama Memajukan Bangsa," tambah Sekretaris Badan Penyiaran Hindu PHDI Sulsel, Gede Durahman. (zuk)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspadai Pakai Emo, Ini Fungsinya Masing-masing

Berlibur di Kolam Renang PT Semen Tonasa

Sumpang Bita, Wisata Sejarah nan Menakjubkan