Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Mengurai Macet di Kota Makassar Secara Mendalam

Mengurai Macet di Kota Makassar Secara Mendalam MAKASSAR--Sebagai kota metropolitan, Makassar tak bisa dielakkan dari persoalan kemacetan. Pertumbuhan populasi kendaraan dan terbatasnya pengembangan jalanan, menjadi pemicu signifikan terhadap timbulnya macet. Untuk jumlah kendaraan saja yang beredar di Kota Makassar, grafiknya setiap tahun terus menanjak. Angkanya bahkan di atas 11 persen. Makassar sebagai kota terbesar di Kawasan Timur Indonesia, memang menjadi lokomotif pembangunan. Sayang, perkembangannya tidak dibarengi dengan penataan kota, utamanya yang berkaitan dengan rekayasa infrastruktur jalan sebagai antisipasi macet. Kendati ada sejumlah konsep pengembangan, namun alasan minimnya anggaran membuat hal tersebut hanya menjadi isapan jempol belaka. Kondisi ini yang menjadikan Makassar semakin hari kian macet. Sebagai daerah dengan tingkat dinamisasi yang tinggi, macet memang menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi Makassar. Namun penyebab utama kemacetan,...

Kapitalisasi Film Tak Matikan Kreativitas Komunitas Indie

Pemutaran Perdana Film "Memburu Harimau" Karya Sineas Makassar TAK adil memperhadapakan sineas indie dengan industri kapitalistik film. Sineas lokal tak kalah bakat, hanya akses menembus dominasi yang sulit. RIDWAN MARZUKI, Societeit de Harmoni LAYAR menunjukkan adegan film yang mengalir pelan. Sesekali terjadi lompatan alur. Pencahayaan di film tersebut sangat minim. Bisa disebut lebih menonjolkan film hitam putih. Namun menonton film ini, ada kesan lain. Setidaknya Anda harus memfokuskan perhatian karena tertinggal sedikit saja, bisa-bisa kehilangan orientasi film. Film yang berjudul Memburu Harimau itu memang disetting dengan latar klasik dengan mengambil tema 1960-an. Masa transisi Orde Lama ke Orde Baru seolah-olah lahir kembali menyaksikan film garapan anak-anak Makassar ini. Film ini memang dikerjakan "keroyokan" antara Institut Kesenian Makassar, Mediatif Film Workshop, dan Rumah Media Makassar. Memburu Harimau diprosduksi secara bersama-sama oleh ke...

Lingkar Study Rumput: Melacak Bangunan Tua Peninggalan Belanda di Makassar

Lingkar Study Rumput: Melacak Bangunan Tua Peninggalan Belanda di Makassar

Melacak Bangunan Tua Peninggalan Belanda di Makassar

Menjejak Sejarah Perkampungan Belanda di Makassar MAKASSAR, FAJAR--Tatanan Makassar tidak terlepas dari peranan Belanda yang pernah tinggal selama 300-an tahun di kota ini. Cikal bakal kosntruksi modern Kota Makassar tidak bisa sepenuhnya dilepaskan dari peranan Belanda yang meletakkan dasar-dasar tata kota di Abad XIX dan XX. Terlepas dari sejarah hitam Belanda yang pernah menjajah Indonesia, termasuk Makassar, namun jejak peninggalan gedung-gedung yang pernah dibangunnya, hingga kini beberapa di antaranya masih eksis, kendati ada yang telah mengalami pemugaran atau bahkan konstruksinya telah berubah. Namun tak sedikit pula di antara bangunan peninggalan Belanda tersebut yang telah dirubuhkan, sebagian besar pada masa orde baru. Salah satu perkampungan Belanda di Makassar yang cukup terkenal adalah kawasan gedung MULO. MULO sendiri merupakan akronim Bahasa Belanda, yakni Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, yang berarti sekolah dasar tingkat lanjutan. Sekolah ini merupakan buatan Be...